https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Keluh Kesah Penjual Sepeda Banting Harga Karena Sepi Pembeli

Keluh Kesah Penjual Sepeda Banting Harga Karena Sepi Pembeli

Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).


Jakarta, Elaeis.co - Penjualan sepeda yang merosot membuat sejumlah toko mulai menurunkan harga jual. Toni, pemilik toko sepeda Maju di kawasan Pasar Lama, Tangerang, misalnya, mencatat penjualan turun sekitar 50 persen.

Namun, hanya beberapa jenis sepeda yang harganya diturunkan karena pasokannya berlebih, salah satunya sepeda lipat. Penurunan harga menurutnya bisa mencapai 20 persen jika dibandingkan akhir 2020.

"Sepeda lipat masih banyak stoknya, online juga enggak terjual. Kalau tanya turun ya pasti diturunkan harganya," ucapnya saat ditemui CNNIndonesia.com di tokonya, Rabu (16/7).

Menurut Toni merosotnya penjualan sepeda disebabkan daya beli masyarakat yang belum pulih. Pasalnya, sebelum pandemi, biasanya usai Idul Fitri penjualan mengalami kenaikan.

"Ya duitnya mungkin belum terkumpul. Ada duit tapi beli yang lain dulu, yang lebih penting. Kami penjual ya pasrah aja. Doanya sih bisa ramai. Tapi kalau sepi ya jalanin, ramai juga dijalanin aja," imbuhnya.

Memang ada faktor lain yang mendorong pertumbuhan penjualan seperti booming sepeda di kuartal III tahun lalu. Namun, faktor tersebut bersifat terbatas di kalangan menengah ke atas dan hanya terjadi dalam waktu dua bulan.

Lagi pula, ia yakin sejumlah faktor pendorong tersebut tak akan kembali terulang pada tahun ini. Faktor tersebut antara lain kejenuhan masyarakat karena kondisi PSBB sehingga mereka mencari alternatif rekreasi yang mudah, kesadaran untuk meningkatkan kesehatan agar menjaga imun tubuh, serta dampak sosial media yang memicu tren.

"Kemarin cuma sebulan dua bulan, paling tinggi di bulan 8, Agustus, tapi setelah itu kan turun lagi," ujarnya.

Tak hanya Toni, Hafiz, penjaga toko sepeda Bintang Timur Kuta Bumi juga merasakan adanya penurunan penjualan sejak Januari lalu. Jika dibandingkan periode sama tahun lalu, perbedaannya tidak terlalu drastis yakni sekitar 15 persen

Tapi jika dibandingkan penjualan pada semester kedua tahun lalu, penurunan penjualan mencapai 70 persen.

"Parah lah dibandingkan akhir tahun lalu. Karena kan ramai banget waktu itu yang cari sepeda" ucapnya.

Turunnya harga sepeda juga disebabkan oleh masih banyaknya stok yang belum terserap di pasar. Di Bintang Timur sendiri, deretan sepeda sudah tiga bulan terbungkus plastik dan belum terjual.

Belum lagi stok sepeda yang masih tersimpan di gudang. "Makanya untuk sementara bos setop pesanan dari supplier," ucapnya.

Meski demikian penjualan sepi, kondisi kurang menguntungkan tersebut tak dialami oleh bengkel sepeda. Harun, pemilik usaha bengkel sepeda di Jalan Vila Tangerang Indah, misalnya, tetap melayani pelanggan seperti hari-hari sebelumnya.

Jasa reparasi sepeda juga berjalan normal meskipun pasarnya tak sebesar usaha jual-beli sepeda baru.

"Usahanya ya begini-begini saja. Kalau ada pesanan cat bisa, las bisa, tapi enggak banyak sekarang reparasi juga," ujar Harun di bengkelnya.

Selain membuka toko, Harun mengaku juga menawarkan jasanya melalui online. Biasanya pemesanan lewat online akan lebih mahal karena ia harus mengambil sepeda tersebut ke rumah pemilik. Sementara jika pesanan sepi, ia mengandalkan jasa tambal ban yang juga ia buka di bengkel tersebut.

"Kalau tambal ban setiap hari pasti ada aja yang butuh, jadi pemasukan enggak kosong-kosong banget lah," jelasnya.

Seperti diketahui, Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) sebelumnya menyatakan terjadi penurunan harga sepeda, khususnya untuk sepeda lipat, sebesar 20 persen hingga 30 persen akibat kelebihan pasokan (oversupply).

Ketua Apsindo Eko Wibowo Utomo menyebut hal ini diakibatkan peraturan pembatasan impor sepeda dari kementerian perdagangan di tahun lalu. Karena adanya penundaan (delay), sepeda impor yang sejatinya dijadwalkan masuk RI pada tahun lalu baru dapat didistribusikan pada awal tahun ini. Akibatnya, terjadi kelebihan dan harga menjadi turun.

Masalah lainnya adalah ketidakmampuan industri dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan saat terjadi peningkatan permintaan. Ia mencontohkan, sepedasepeda merek Shimano baru bisa mengirimkan produk dalam waktu 1 tahun setelah menerima pesanan.

"Suplai stok komponen sebagai pendukung produksi dalam negeri yang tidak bisa terpenuhi maksimal karena tingginya permintaan dari pabrik di luar negeri menghambat peningkatan produksi sepeda industri dalam negeri," tuturnya.

Meski demikian, menurut Eko, penjualan sepeda di tahun ini akan kembali ke posisi sebelum pandemi walaupun tak akan sebesar penjualan tahun lalu yang didorong faktor booming sepeda.

"Perkiraan kasar maksimum 5 juta unit ini seperti tahun masa sebelum covid-19. Produksi dalam negeri kontribusinya bisa 50 persen lokal dan sisanya impor. Masih lebih rendah dari tahun lalu yang sampai 7 juta," tuturnya.

Meski demikian, lanjut Eko, kontribusi penjualan lokal sebesar 50 persen tersebut hanya dapat terjadi jika indusetri dalam negeri bisa menyesuaikan selera pasar lokal untuk barang murah dan berinovasi dalam marketingnya.

"Jika tidak maka barang impor yang bisa lebih besar karena inovasi design produk barang impor lebih cepat berubah mengikuti pasar," tandasnya.

 

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :