https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Keluhan Mahalnya Harga Pupuk Belum Usai

Keluhan Mahalnya Harga Pupuk Belum Usai

Pupuk bersubsidi dikeluarkan dari gudang untuk didistribusikan. foto: MC Abdya


Bengkulu, elaeis.co - Petani kelapa sawit di Provinsi Bengkulu masih mengeluhkan mahalnya harga pupuk non subsidi. Karena petani tidak sanggup membelinya, banyak kebun sawit di Bengkulu tidak diberi pupuk.

Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Provinsi Bengkulu, A Jakfar mengatakan, harga pupuk non subsidi saat ini mengalami kenaikan berkali-kali lipat. Pada 2020 silam, harga pupuk non subsidi masih Rp 280 ribu per 50 kilogram (zak). Kemudian pada 2021 harganya naik menjadi Rp 480 ribu hingga Rp 500 ribu per zak dan pada 2022 harga pupuk non subsidi telah mencapai Rp 600 ribu per zak.

"Sampai sekarang terus naik, harga pupuk di pasaran sudah Rp 870 ribu sampai Rp 1 juta per zak. Petani sawit tidak memupuk kebunnya, tak sanggup karena mahalnya harga pupuk," kata Jakfar, kemarin.

Tidak hanya masalah pupuk, petani sawit di Bengkulu juga mengeluhkan naiknya harga racun gulma atau herbisida. Saat ini harga herbisida telah naik dari Rp 75 ribu menjadi Rp 100 ribu per liter.

"Untuk menyingkirkan gulma tidak bisa manual, karena tinggi dan berbatang keras. Sementara racun gulma harganya mahal," imbuhnya.

Mahalnya harga pupuk dan herbisida tersebut tentu saja mempengaruhi produktivitas sawit di Bengkulu. Menurut Jakfar, dalam kondisi normal, hasil panen sawit di beberapa kecamatan di Bengkulu bisa mencapai 3 ribu ton per tahun. Namun, karena petani tidak memupuk dan membasmi gulma, perkebunan sawit masyarakat saat ini hanya mampu menghasilkan kurang dari itu.

"Produktivitas sawit akan menurun, tentu saja berdampak pada pendapatan sawit petani," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu, Helmi Yulendri mengaku, naiknya harga pupuk non subsidi dan herbisida merupakan kebijakan dari perusahaan penyedia pupuk dan herbisida. Pihaknya berharap, petani sawit bisa menggunakan pupuk organik untuk mengatasi permasalahan tersebut.

"Kita berharap harga pupuk non subsidi bisa turun. Kita juga terus berusaha meminta kepada pemerintah pusat untuk mengalokasikan pupuk subsidi untuk petani sawit, namun sayangnya belum dikabulkan. Jadi petani bisa menggunakan pupuk organik dulu," tutupnya.
 

Komentar Via Facebook :