https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Kementan Terus Berupaya Tingkatkan Devisa dari Ekspor Perkebunan

Kementan Terus Berupaya Tingkatkan Devisa dari Ekspor Perkebunan

Dirjen Perkebunan, Andi Nur Alam Syah. foto: Kementan


Jakarta, elaeis.co – Untuk mengakselerasi serta mendorong nilai tambah dan daya saing komoditas perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan (ditjenbun) Kementerian Pertanian (kementan) melaksanakan rapat koordinasi teknis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil (PPH) Perkebunan Tahun 2023.

Dirjen Perkebunan, Andi Nur Alam Syah, mengatakan, Direktorat PPH Perkebunan erat kaitannya dengan pencapaian Gerakan Peningkatan Ekspor 3 Kali Lipat atau Gratieks sehingga dibutuhkan rencana aksi yang nyata di daerah dalam bentuk strategi-strategi jitu dalam pengelolaan kegiatan dan mengeksekusi anggaran.

"Tetap difokuskan untuk pencapaian target nilai ekspor hingga Rp 1.200 triliun di tahun 2024. Dari target tersebut saya mengharapkan harus dioperasionalkan terutama dari sisi nilai ekspor dan tentu saja bagaimana mendorong nilai tambah dan daya saing produk perkebunan," katanya melalui keterangan resmi Ditjenbun beberapa hari lalu.

Dari sisi ekspor, menurutnya, Ditjenbun terus berupaya menyumbang dan berkontribusi terhadap sumber devisa ekspor nasional dari sektor non migas. Komoditas-komoditas unggulan perkebunan yang jadi andalan devisa meliputi kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, kakao, teh, dan rempah-rempah.

"Kondisi saat ini, devisa negara dari ekspor perkebunan baru mencapai Rp 400 sampai Rp 500 triliun per tahun,” sebutnya.

Dia melanjutkan, tahun 2022 nilai ekspor komoditas perkebunan mencapai Rp 600,5 triliun atau berkontribusi sebesar 88,11% dari total nilai ekspor komoditas pertanian sebesar Rp 681,5 triliun. Capaian itu meningkat hampir Rp 22 Triliun dibandingkan tahun 2021.

"Walaupun didominasi oleh minyak sawit (CPO) dan turunannya, tetapi komoditas unggulan lainnya seperti kopi, kelapa, rempah-rempah dan kakao sudah menunjukkan peningkatan nilai ekspor yang cukup signifikan," bebernya.

Potensi-potensi komoditas spesifik daerah lainnya seperti pinang, gambir, aren, stevia, kelor dan tanaman atsiri perlu terus didorong mengingat semakin meningkatnya kebutuhan dunia khususnya di bidang farmasi, kecantikan dan kesehatan, food and beverages, serta bahan baku industri lainnya.

“Kita ketahui bersama bahwa tantangan pembangunan perkebunan nasional ada 6 hal yang mendasar. Yaitu tantangan budidaya yang memang diarahkan bagaimana peningkatan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan. Lalu tantangan pascapanen dan pengolahannya. Kemudian aspek mutu dan standarisasinya, tantangan penguatan kelembagaan pekebun dan bagaimana memunculkan peran para generasi muda untuk mau membangun perkebunan di daerahnya masing-masing, tantangan akses pasar, promosi dan diplomasi, serta terakhir adalah tantangan dalam menciptakan iklim investasi yang baik dan sehat untuk membangun dan memperkuat usaha agribisnis perkebunan,” paparnya.

Dia mengingatkan bahwa resesi global dapat memicu penurunan harga komoditas terutama mineral serta batu bara dan CPO karena penurunan permintaan global. Hal ini akan menekan ekspor dan neraca dagang Indonesia.

"Dalam setahun terakhir Indonesia tengah menikmati windfall atau durian runtuh dari harga komoditas tersebut. Dampak dari resesi perlu diwaspadai, termasuk pada kalangan petani yang saat ini masih merasakan harga jual yang rendah," tukasnya.

"Menghadapi hal tersebut, tentunya kita tidak boleh tinggal diam. Kita harus fokus pada komoditas yang diunggulkan dan yang dibutuhkan pasar, tentunya didukung oleh strategi-strategi pemasaran yang tepat. Responsif, untuk selalu bertindak cepat, tepat dan baik dalam menghadapi segala dinamika dunia terutama pada aspek perdagangan dunia yang banyak sekalli dipengaruhi oleh kondisi geopolitik dan dinamika iklim. Kolaboratif terutama bagaimana mendorong pendekatan kebersamaan multistakeholder untuk memajukan perkebunan dan mengembalikan kejayaan perkebunan kembali. Kolaboratif juga melalui pendekatan kemitraan di dunia usaha dengan asas saling menguntungkan dan bersama-sama meraih visi misi pembangunan perkebunan yang berkelanjutan," imbuhnya.

Andi mengapresiasi kinerja semua pihak yang telah turut serta membangun sektor perkebunan. Dia berharap agar kerja sama yang baik selama ini dapat terus dilanjutkan demi pertanian maju mandiri dan modern.

“Diharapkan semoga ke depannya kinerja perkebunan dapat berjalan dengan baik dan sesuai target serta tepat guna dan bermanfaat bagi petani maupun masyarakat sekitar,” pungkasnya.
 

Komentar Via Facebook :