Berita / Sumatera /
Kenaikan Harga TBS Belum Dongkrak Daya Beli Petani
Bengkulu, elaeis.co - Menjelang Natal dan Tahun Baru 2023, daya beli petani kelapa sawit diperkirakan menurun. Kondisi tersebut terjadi akibat biaya operasional kebun yang meningkat.
Pengamat ekonomi Bengkulu, Prof Dr Kamaludin, mengatakan, penurunan daya beli petani kelapa sawit pada Desember 2022 ini adalah kelanjutan dari inflasi Bengkulu pada November 2022 lalu yang tercatat sebesar 0,05 persen. Angka inflasi tersebut sangat rendah dibandingkan November 2021 yang tercatat sebesar 0,52 persen.
"Angka inflasi yang rendah menunjukkan daya beli yang cenderung menurun. Karena hampir separuh masyarakat di Bengkulu adalah petani kelapa sawit, maka yang mengalami penurunan daya beli itu umumnya adalah petani kelapa sawit," kata Kamaludin, kemarin.
"Banyak perusahaan di Bengkulu menjadikan harga kelapa sawit sebagai indikator pendapatan masyarakat. Itu karena banyak masyarakat Bengkulu berprofesi sebagai petani kelapa sawit sehingga hargaa TBS mempengaruhi daya beli masyarakat di sini," tambahnya.
Ia memperkirakan, daya beli petani kelapa sawit akan menurun hingga awal tahun. Pasalnya, kebutuhan operasional kebun petani saat ini sudah cukup tinggi. Hal itu disebabkan oleh meningkatnya harga pupuk, upah panen, dan biaya pengangkutan TBS kelapa sawit ke pabrik.
"Karena semua biaya mengalami kenaikan, pendapatan petani juga semakin sedikit. Jika sebelumnya bisa mengantongi Rp 2 juta per bulan, saat ini pendapatan mereka dari hasil kebun sudah di bawah itu," tuturnya.
Menurutnya, kenaikan harga TBS kelapa sawit dan saat ini mencapai Rp 2 ribu per kilogram belum mampu mendongkrak pendapatan petani kelapa sawit. Sebab rata-rata harga kebutuhan pokok saat ini mengalami kenaikan.
"Harusnya harga TBS kelapa sawit bisa mencapai Rp 3 ribu, agar daya beli petani kelapa sawit ikut terdongkrak," tutupnya.
Komentar Via Facebook :