Berita / Sumatera /
Kendati Harga Sawit di Bengkulu Stabil, tapi Petani Masih 'Ngos-ngosan', Kok Bisa?
Bengkulu, elaeis.co - Meskipun harga BBM bersubsidi telah mengalami kenaikan, namun harga TBS sawit tingkat petani mandiri di Provinsi Bengkulu masih tergolong stabil.
Buktinya, dari hasil rilis Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, pabrik minyak sawit mentah di daerah itu masih membeli TBS petani mandiri berkisar Rp1.680 hingga Rp1.900 per kilogramnya.
"Iya, harga jual TBS petani mandiri di Bengkulu masih cenderung stabil kendati harga BBM naik," kata Ketua APKASINDO Bengkulu, Jakfar kepada elaeis.co, Kamis (8/9).
Kendati begitu, Jakfar tidak menampik pendapatan petani sawit mandiri terganggu akibat kenaikan harga BBM. Ongkos angkut hasil tanaman sawit yang melonjak bikin pendapatan petani berkurang.
"Ongkos angkut hasil tanaman naik. Sebelumnya Rp240/kg, kini Rp270/kg. Gara-gara itulah pendapatan petani turun untuk menutupi kenaikan biaya angkut TBS," ujarnya.
Menurut Jakfar, kondisi kantong petani tergolong aman jika harga TBS di atas Rp2.000-an per kilogram. Kalau dibawah itu, petani mandiri masih ngos-ngosan.
Oleh karena itu, Jakfar menilai peniadaan Pungutan Ekspor (PE) belum berdampak signifikan terhadap harga TBS. "Dengan harga TBS saat ini, hanya cukup bertahan hidup. Belum bisa beli pupuk nonsubsidi karena mahal," ujarnya.
Nah, gara-gara harga pupuk melambung tinggi itulah, kata Jakfar, berbagai pertemuan atau diskusi acap kali digelar guna mencari solusi pupuk alternatif yang efektif, efisien, terukur dan terjangkau harganya.
Sebab, harga pupuk nonsubsidi saat ini masih terlalu tinggi. Seperti pupuk urea Rp600.000/sak, dan pupuk KCL Rp900.000/sak. Bahkan, harga pupuk jenis NPK yang dulunya hanya ratusan ribu saja, kini mencapai satu jutaan lebih.
"Kalau harganya segitu, tak terjangkau petani. Apalagi harga TBS di bawah Rp2.000-an per kilogramnya," ujarnya.
Jakfar memprediksi, produktivitas hasil tanaman sawit petani mandiri akan terganggu jika harga pupuk masih mahal hingga akhir tahun 2022. Sebab, petani tidak akan sanggup melakukan perawatan hingga akhirnya menghambat hasil tanaman.
"Karena itu kita berharap kebijakan DMO-DPO segera dicabut, supaya harga TBS di tingkat petani mandiri kembali terdongkrak. Minimal harganya di atas Rp2.000-an per kilogram," pungkasnya.
Komentar Via Facebook :