https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Kerja Sama Pengusaha dan Petani, Kunci Sukses PSR

Kerja Sama Pengusaha dan Petani, Kunci Sukses PSR

Ilustrasi kemitraan perusahaan dengan petani sawit swadaya (Republika.co.id)


Medan, Elaeis.co - Jika merujuk pada milestone atau tonggak sejarah industri sawit yang ditandai dengan pembukaan perkebunan sawit oleh perusahaan asal Belgia di Asahan Sumatera Utara pada tahun 1911, maka industri perkebunan sawit di Indonesia sudah berusia 110 tahun.


Jika mengikuti siklus atau periodisasinya, kebun sawit di Indonesia setidaknya sudah mengalami empat kali peremajaan atau replanting. “Kan rata-rata usia tanaman sawit yang diremajakan berumur 25 tahun. Program peremajaan sawit rakyat atau PSR yang saat ini digalakkan pemerintah adalah replanting yang ke empat,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono, dalam diskusi online bertajuk ‘PSR dan Peningkatan Industri Sawit Nasional’, kemarin.


Petinggi PT Astra Agro Lestari itu berharap, PSR yang menyasar kebun sawit swadaya bisa menuai sukses seperti saat pola perkebunan inti rakyat (PIR) diterapkan di era Orde Baru.


“PIR itu kan ada kerja sama yang baik antara perusahaan sawit sebagai inti dan petani sebagai plasma. Kisah sukses petani plasma itulah yang membuat masyarakat turut membuka kebun sawit swadaya. Mereka buka lahan sendiri, beli bibit sendiri, menanam sendiri, namun produktivitasnya lebih rendah dibanding hasil perkebunan plasma,” kata Joko.


Belajar dari pengalaman itu, katanya, PSR, yang tujuan akhirnya memakmurkan petani swadaya, harus mengadopsi kembali pola inti-plasma dan pemerintah harus mewajibkan pengusaha sawit bekerja sama dengan petani.


“Pola kerja samanya bisa macam-macam, dari mulai yang paling mudah sampai yang paling rumit. Tapi yang penting perusahaan sebagai inti dan petani sebagai plasma harus sama-sama mau agar hasil dari PSR bisa sama-sama dinikmati,” katanya.


Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinasi Perekonomian, Musdalifah Mahmud, juga menekankan jika program PSR sebenarnya adalah tanggung renteng agar kelak hasil perkebunan sawit milik petani swadaya berkualitas dan berkelanjutan sesuai standar yang ditetapkan dalam Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).


“Luas lahan yang sudah ikut PSR mencapai 233.314 hektar, diharapkan tahun ini terus bertambah agar target peremajaan 180.000 hektar lahan sawit setiap tahun bisa direalisasikan,” katanya.


Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Heru Tri Widarto, mengaku sudah berkomunikasi dengan GAPKI agar perusahaan-perusahaan anggotanya mau membantu petani sawit swadaya yang ada di sekitar wilayah operasionalnya. “Sudah diminta agar membantu PSR,” katanya.


Menurutnya, seruan tersebut mendapat respon yang cukup bagus. Kerja sama antara perusahaan dan petani sawit sudah mulai berjalan dengan baik, salah satunya di Riau. Para petani sawit di Riau, katanya, sudah punya slogan untuk memancing petani swadaya lainnya ikut PSR bekerja sama dengan perusahaan.


“Slogan, cepat gabung cepat untung. Mereka sudah hitung, banyak keuntungan kalau gabung program PSR, dan itu dirasakan dalam jangka panjang,” jelasnya.

Komentar Via Facebook :