Berita / Serba-Serbi /
Kiprah Kampus ini Bikin Kaget Pakar Sawit
Jakarta, Elaeis.co - Tak banyak yang tahu, ternyata Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Jambi sudah berkali-kali melakukan penelitian yang membuktikan perkebunan kelapa sawit memiliki begitu banyak manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungan.
Kiprah Faperta Universitas Jambi yang dahsyat namun tak diketahui banyak orang ini membuat Dr Tungkot Sipayung selaku Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) kaget sekaligus kagum.
"Apa yang sudah dilakukan Universitas Jambi sungguh luar biasa. Ucapan saya ini benar. Saya menilai Universitas Jambi sudah menunjukkan kalau kelasnya bukan lagi provinsi, atau kelas nasional, melainkan sudah kelas dunia," kata Tungkot dalam webinar Palm O'Corner yang diselenggarakan PASPI bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faperta Universitas Jambi, dua hari lalu.
Seluruh riset yang dilakukan Faperta Universitas Jambi, kata Tungot, sudah membuktikan secara empiris kalau minyak kelapa sawit memberikan sumbangsih yang begitu besar bagi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Developments Goals (TPB/SDGs).
Tungkot berharap semua penelitian Faperta Universitas Jambi bisa membuat tanaman kelapa sawit dinikmati oleh seluruh masyarakat dunia. Kata dia, industri sawit memang awalnya berkembang di Indonesia, namun ke depan harus bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat dunia.
"Karena sesungguhnya itulah kunci dari suksesnya SDGs, ada sharing prosperity atau berbagi kesejahteraan, ada sharing kebahagiaan. Inilah platform SDGs yang kita jalani," Tungkot menegaskan.
Sebagai informasi, dalam paparannya Dr Forst Ir Bambang Irawan SP Msc Forst Trop IPU selaku Ketua Jurusan Kehutanan Faperta Universitas Jambi menyebutkan bahwa universitas tersebut telah berulangkali ikut dalam program Strategi Jangka Benah (SJB) yang membuat petani sawit bisa punya penghasilan tambahan.
SJB merupakan solusi agar petani atau masyarakat lainnya tidak lagi tergoda menebangi hutan untuk ditanami sawit demi menambah penghasilan. Jangka benah berbeda dengan tumpang sari yang mengutamakan tanaman holtikultura. Jangka benah diutamakan pohon yang bisa berusia lama seperti petai dan jengkol yang bisa memberikan penghasilan tambahan dalam waktu lama pula.
Faperta Universitas Jambi juga telah melakukan sejumlah riset yang membuktikan minyak nabati non sawit justru lebih rakus pupuk dan pestisida dibanding tanaman kelapa sawit. Bambang Irawan dan timnya juga sudah melakukan riset terkait penggunaan lahan untuk menghasilkan minyak nabati. Hasilnya, hutan seluas 163,37 juta hektar harus dibuka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dunia akan minyak nabati andai tak ada kelapa sawit.
Komentar Via Facebook :