https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Konflik di Negara Timur Tengah Pengaruhi Ekspor Minyak Goreng Bekas

Konflik di Negara Timur Tengah Pengaruhi Ekspor Minyak Goreng Bekas

Gudang minyak goreng bekas. (Ist)


Pekanbaru, elaeis.co - Permintaan akan minyak goreng bekas atau yang lebih familiar disebut jelantah oleh masyarakat saat ini cukup anjlok. Seperti yang terjadi di gudang penampungan minyak jelantah CV Arah Baru Sejahtera di bawah naungan PT Medan Bioenergi Nusantara yang kini juga tengah menggaungkan identitas barunya yakni Tukr sebagai salah satu eksportir minyak jelantah yang beroperasi di Pekanbaru.

Belakangan ini permintaan dari negara-negara yang menjadi pasar produk dari kelapa sawit tersebut menurun. Saat ini permintaan hanya tinggal 100 ton sekali ekspor. Padahal jika hari normal bisa dia kali lipat diatas permintaan itu.

"Turunnya permintaan ini lantaran terjadinya konflik di negara timur Tengah. Salah satunya masih memanasnya konflik Palestina dan Israel," ujar M Rizky Ramadhan selaku Origin Manager of Pekanbaru at Tukr saat berbincang bersama elaeis.co, Selasa (14/11).

Konflik-konflik tersebut juga berdampak pada regulasi yang diberlakukan dalam ranah ekspor. Dimana syarat standar ekspor di perketat sehingga jumlah minyak jelantah yang diekspor tidak dapat memenuhi permintaan.

Risky mengatakan, saat ini sekali ekspor hanya bisa sekitar 55 ton minyak jelantah. Disamping itu harga penawaran justru malah anjlok.

Kemudian cuaca yang memasuki musim dingin juga berpengaruh terhadap permintaan tadi. Dimana selama musim dingin penggunaan biodiesel cenderung rendah.

"Anehnya saat ini kuota penampungan kita juga mengalami penurunan. Dimana biasanya sebulan kita bisa 126 ton sekarang hanya 65 ton. Kalau ini kita perkirakan lantaran kondisi market minyak goreng di dalam negeri dan mulai menjamurnya eksportir baru di Pekanbaru," terangnya.

Kendati begitu Rizky optimis kondisi tersebut dapat kembali normal seperti sedia kala.

 

Untuk diketahui, Rizky telah menggeluti bisnis ini 2018 lalu. Dimana ini adalah buah pokok pikirannya bersama dua orang sahabatnya.

"Awalnya dulu kita mencari bisnis yang tak jauh dari kepedulian kita terhadap lingkungan. Nah kebetulan teman saya ada yang kuliah di jurusan kimia. Tercetuslah ide berbisnis jelantah ini. Kebetulan ini juga menjadi objek penelitiannya saat itu," terangnya.

Minyak jelantah sendiri merupakan bahan baku dari Biodiesel atau yang juga dikenal dengan B30 yang menjadi program Presiden Joko Widodo hingga kini.

Awal mendirikan usaha ini, Rizky hanya mampu mengumpulkan 50 kg minyak jelantah dalam dua bulan. Kendati begitu, ia terus menekuni usaha ini bersama rekannya tadi.

Lelaki empat bersaudara ini tak pantang menyerah, Ia bahkan sempat turun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan minyak jelantah dari rumah ke rumah masyarakat. Para pelaku usaha juga tak ketinggalan ia tawarkan kerja sama. Dimana dari tangan masyarakat minyak jelantah tadi ia beli dengan harga Rp3.000 - Rp5.000/kg.

"Alhamdulillah, ini bisa juga menjadi sarana untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat," terangnya.

Seiring berjalannya waktu, usaha yang kini beroperasi di pergudangan yang terletak di jalan Air Hitam, Pekanbaru itu mulai membuahkan hasil.

"Kita saat ini memiliki mitra pengepul di seluruh wilayah Riau. Ada sekitar 50 pengepul yang tersebar di Riau," tuturnya.

Dari 12 kabupaten dan kota di Riau, jelantah paling banyak yang di kumpulkan berasal dari kota Pekanbaru.

Komentar Via Facebook :