https://www.elaeis.co

Berita / PSR /

Koperasi Mitra Makmur Satu Ajukan 145 Hektar Kebun Sawit Ikut PSR

Koperasi Mitra Makmur Satu Ajukan 145 Hektar Kebun Sawit Ikut PSR

Kebun kelapa sawit milik anggota Koperasi Mitra Makmur Satu. foto: ist.


Tebo, elaeis.co - Seluas 145 hektar kebun kelapa sawit milik anggota Koperasi Mitra Makmur Satu di Desa Sapta Mulia, Kecamatan Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, diusulkan ikut program peremajaan sawit rakyat (PSR) dengan pendanaan dari BPDPKS. Sebagian sawit yang mau di-replanting itu masih berusia muda namun produksinya rendah.

Bendahara Koperasi Mitra Makmur Satu, Sidik bercerita, awalnya kebun yang diajukan seluas 165 hektar. Namun ada beberapa syarat yang belum lengkap dan beberapa petani yang memilih mundur sehingga akhirnya diusulkan 145 hektar.

"Tapi itupun baru usulan, kita belum tahu berapa hektar yang akan mendapat persetujuan BPDPKS," terangnya kepada elaeis.co belum lama ini.

Menurutnya, kebun yang diajukan untuk diremajakan itu umurnya bervariasi antara 4 sampai 25 tahun. "Selain kebun yang berproduksi rendah lantaran sudah berumur tua, ada juga kebun yang masih muda namun produksi tidak maksimal lantaran pemilihan bibit yang salah," jelasnya.

"Untuk yang usia 4-15 tahun dan produksinya sangat rendah ada lebih dari 70 hektar. Artinya hampir separuh dari total luasan kebun yang kita ajukan. Kebun ini hanya menghasilkan 5 sampai 7 kwintal sekali panen. Padahal usia segitu harusnya 1,2 sampai 1,5 ton sekali panen," tambahnya.

Jika musim trek, lanjut Sidik, produksi kebun anjlok jadi 4-5 kwintal saja. "Pemilihan bibit yang tidak berkualitas ini disebabkan karena minimnya pengetahuan petani saat awal membangun kebun," ungkapnya.

Sidik tidak menampik bahwa kebun itu adalah mitra dari PTPN sejak lama. Namun awalnya koperasi itu berbudidaya pohon karet. Lalu seiring berjalannya waktu lahan dialihkan ke tanaman kelapa sawit.

"Dulu ada sebagian petani yang mengganti tanamannya dengan kelapa sawit, sebagian lagi masih bertahan dengan pohon karet. Inilah sebabnya umur tanamannya bervariasi," jelasnya.

Sayangnya, petani yang belakangan ikut berbudidaya kelapa sawit tidak membeli bibit yang berkualitas. Hanya memungut buah kelapa sawit yang sudah jatuh untuk disemai dan ditanam di kebunnya. Alhasil, produksinya rendah meski perawatannya cukup bagus.

"Inilah mengapa petani sangat antusias dengan program PSR yang pengajuannya dibimbing Aspek-PIR. Petani berharap sekali PSR dapat membantu meningkatkan produksi kebun, terlebih menggunakan dana hibah," paparnya.

"Ini tahap pertama, masih ada kebun yang belum diajukan. Sebab total kebun koperasi kita sekitar 500 hektar," imbuhnya.

Petani juga berharap dana hibah yang akan diterima untuk PSR ini dinaikkan jadi Rp 60 juta/hektar. Saat pengajuan PSR beberapa waktu lalu, disepakati Rp 30 juta/hektar.

"Harapan ada penyesuaian dana hibah mengikuti penambahan alokasi yang diberlakukan per-September kemarin," tutupnya.


 

Komentar Via Facebook :