https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Koperasi Petani Sawit Belum Dapat Dukungan Pemerintah

Koperasi Petani Sawit Belum Dapat Dukungan Pemerintah

Ilustrasi (Net.)


Jakarta, Elaeis.co - 

Sekitar 110 tahun industri sawit berkembang di Indonesia, tetapi koperasi petani sawit belum didukung secara serius agar bisa mencapai kemandirian dan bisa menjadi sebuah badan usaha yang menjadi tumpuan rakyat dalam pengelolaan sawit secara nasional.


Kurangnya pembinaan dan perhatian kepada koperasi, akibatnya petani sawit swadaya tidak terkoneksi dengan industri pengolahan sawit. Bahkan, petani sawit swadaya tetap saja menjual buah sawitnya kepada tengkulak dengan kerugian sekitar 30 persen dari harga yang harusnya diterima.  


Sekjen Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), Mansuetus Darto, mengatakan, kondisi tersebut harus menjadi evaluasi dari pemerintah. Selain itu, pihaknya mendesak pemerintah agar pembangunan industri kelapa sawit nasional harus berbasis gotong royong yang bertumpu pada pemberdayaan petani sawit rakyat melalui koperasi sawit.


SPKS menilai tidak ada roadmap sawit nasional secara jelas yang ditetapkan oleh pemerintah agar bisa menjadi panduan bersama pelaku sawit, termasuk koperasi petani dalam membangun sawit nasional. “Akibatnya sawit nasional sekarang ini tidak ada ekosistem yang saling mendukung, perusahan swasta tidak ada kemitraan dengan koperasi-koperasi petani,” kata Mansuetus, dikutip Republika.co.id, Rabu (30/6).  


Saat ini misalnya, kata Mansuetus, program industri biodiesel sawit yang dibanggakan oleh pemerintah belum melibatkan petani sawit swadaya sebagai mitra perusahan untuk menyuplai bahan baku.  


“Devisa negara dari sawit memang besar, data dari pemerintah sekitar Rp 321 triliun setiap tahunnya. Tetapi itu masih sangat kecil jika dibandingkan dengan keuntungan yang didapat 10 taipan sawit di Indonesia,” katanya.


Plt Kasubdit Hasil perkebunan Non Pangan Lainya Kementerian Perindustrian, Lila Harsyah Bahtiar menambahkan, Indonesia saat ini memiliki visi industri hilir sawit sehingga menjadi pusat produsen produk turunan minyak sawit dunia. “Sehingga Indonesia mampu menjadi price setter atau penentu harga CPO global,” katanya.

Komentar Via Facebook :