Berita / Kalimantan /
Kotim Disarankan Ekspor Sawit untuk Maksimalkan Pendapatan Daerah
Sampit, elaeis.co - Pimpinan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai, Asisten Bea Cukai Tipe C (KPPBC TMPC) Sampit melakukan kunjungan kerja ke Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, untuk meningkatkan koordinasi dan mendorong pengembangan potensi ekspor untuk meningkatkan penerimaan daerah.
Kotim sangat berpotensi melakukan ekspor karena memiliki pelabuhan dan bandara. Hal inilah yang dibahas dalam pertemuan itu dan pihak Bea Cukai menyatakan kesiapan kolaborasi dengan Pemkab Kotim dalam mengembangkan potensi ekspor daerah. Bea Cukai mengungkapkan kepeduliannya kepada masyarakat Kabupaten Kotim yang selama ini belum optimal merasakan potensi kekayaan alamnya khususnya terkait sawit.
Bupati Kotim, Halikinnor menjelaskan bahwa Sampit memiliki 700 ribu hektar lahan sawit, namun hanya sedikit mendapatkan manfaat ekonomi maupun penerimaan daerah dari ekspor produk sawit yang dilakukan pengusaha setempat.
"Ini menjadi perhatian khusus kita, makanya perlu mendengar berbagai masukan dari Bea Cukai Sampit khususnya dalam upaya peningkatan manfaat ekspor produk olahan sawit dari Sampit agar manfaatnya secara optimal dan adil dapat dirasakan oleh masyarakat," jelasnya melalui siaran pers Ditjen Bea Cukai, kemarin.
"Ada beberapa saran dari pihak Bea Cukai untuk peningkatan pendapatan daerah, khususnya terkait ekspor. Kita perlu meningkatkan kepelabuhanan kita agar ekspor bisa dilakukan langsung dari Kotim sehingga kita semakin banyak mendapat dana bagi hasil dari ekspor," tambahnya.
Menurutnya, Dana Bagi Hasil (DBH) sawit dari pusat tidak sesuai harapan. "Kotim memang sudah berhasil mendapat Rp 46 miliar. Tetapi itu bisa lebih besar lagi kalau Kotim ekspor sendiri hasil sawit. Karena DBH sawit itu dihitung dari ekspor, Kotim selama ini tidak mengekspor," paparnya.
Selama ini, minyak sawit atau CPO dari Kotim dikirim ke Batam (Kepri), Dumai (Riau), Lampung dan Sumatera Utara karena perusahaan perkebunan di daerah ini mayoritas induknya berpusat di Sumatera. "Kotim rugi, justru yang mengekspor provinsi lain sehingga DBH sawit mereka besar," ujarnya.
Dia berencana akan memperdalam alur Sungai Mentaya supaya kapal besar bisa masuk. "Kalau mengekspor hanya pakai kapal kecil bermuatan 3.000 ton, biayanya besar. Maunya kapal bermuatan 20.000 atau 30.000 ton bisa masuk," tukasnya.
Kepala KPPBC TMPC Sampit Agus Dwi Setia Kuncoro mengatakan, kunjungan itu sengaja dilakukan untuk lebih menguatkan kerja sama yang selama ini sudah dijalin baik.
"Selain menjalankan fungsi sebagai penerimaan negara, kami juga menjalankan fungsi fasilitator untuk memfasilitasi industri," jelasnya.
Komentar Via Facebook :