Berita / Nasional /
Kunci Memasarkan Pupuk Organik: Terlebih Dahulu Ubah Paradigma di Kalangan Petani
Pekanbaru, elaeis.co - Dari banyak sisi, pupuk organik punya nilai lebih dibandingkan dengan pupuk kimia. Lalu, kenapa kecenderungan petani terhadap pupuk kimia masih lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk organik?
Dua narasumber yang dihubungi elaeis.co di kesempatan berbeda, seakan kompak mengatakan, yaitu untuk memasifkan penggunaan pupuk organik --termasuk di kalangan petani sawit-- caranya antara lain dengan terlebih dahulu mengubah paradigma di kalangan petani.
Kedua narasumber dimaksud, yaitu Aliyadi, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Paser, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim); dan Kevin Ananta Kurniawan,
Direktur Utama (Dirut) PT Arthasiddi Sukses Anugerah.
Mereka ditanya soal itu menyusul setelah Presiden Joko Widodo meminta pengurangan ketergantungan terhadap pupuk kimia dengan meningkatkan penggunaan pupuk organik bagi para petani.
Aliyadi yang dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (3/5), misalnya, mengatakan anggapan belum melakukan pemupukan kalau belum memakai pupuk kimia masih bertahan di kalangan sebagian besar petani, terutama petani kelapa sawit.
"Sesusah apa pun kita meyakinkan bahwa memakai pupuk organik sama dengan menggunakan pupuk kimia, tetap saja mereka beranggapan belum memakai pupuk kalau belum menggunakan pupuk kimia," terangnya.
Aliyadi mengaku punya banyak pengalaman tentang itu. Diceritakan, ketika memasarkan pupuk organik dan semi-organik, dipastikan ada saja petani yang urung membeli karena ia tidak menjual pupuk kimia.
"Terasa ada yang kurang," ujar Aliyadi, menirukan pernyataan petani yang sering didengarnya.
Tak heran, menurut Aliyadi, dari keseluruhan areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Paser, belum banyak yang menggunakan pupuk organik atau semi-organik. "Dalam perkiraan saya, belum sampai 40 persen," terangnya.
Padahal, menurut Aliyadi, pihaknya sudah terbilang lama mensosialisasikan penggunaan pupuk organik dan semi-organik, terutama untuk tanaman kelapa sawit. "Tapi sepertinya belum banyak diterima petani," ungkapnya.
Aliyadi berpandangan perlu sosialisasi yang intens, terutama dari jajaran pemerintah. "Pemerintah punya perpanjangan tangan untuk menyampaikan ke masyarakat," katanya.
Disebutkan Aliyadi, hanya dengan sosialisasi yang intens, yang memungkinkan paradigma di kalangan petani bisa diubah.
Kevin Ananta Kurniawan, Direktur Utama (Dirut) PT Arthasiddi Sukses Anugerah, yang dihubungi Jumat (28/4), sependapat dengan Aliyadi, dengan mengatakan kendala utama pemasaran pupuk organik terletak pada paradigma lama yang masih dipelihara oleh sebagian besar petani.
"Masih banyak petani beranggapan, kalau kebun sawitnya belum mendapat pupuk kimia berarti belum dilakukan pemupukan," ujar Kevin.
Padahal, menurut Kevin, dalam banyak hal pupuk organik memiliki nilai lebih dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia. "Bicara soal hasil, satu misal, hampir sama saja," ungkapnya.
Akibat paradigma petani yang belum berubah itu, menurut Kevin, produk pupuk organik yang dihasilkan pabrik yang ia kelola, yang diberi nama dengan Ultra Stron9, belum bisa berproduksi optimal.
"Paling angka produksi yang terisi antara 20 sampai 40 persen dari kapasitas produksi sebanyak 250 ton/bulan," terangnya.
Ultra Stron9 merupakan pupuk organik yang material utamanya terbuat dari sisa pabrik pengolahan minyak kelapa sawit (PMKS), yaitu abu janjang kosong kelapa sawit dan decanter solid yang difermentasi dan diperkaya dengan mikroorganisme yang menguntungkan.
Berlokasi di Desa Bukit Sakai, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, menurut Kevin, pabrik itu mempekerjakan sebanyak 25 orang tenaga kerja, yang sebagian besar merupakan warga tempatan.
Pabrik itu sendiri mulai berdiri sejak 2019, dan terhitung sejak 2021 mulai melemparkan produknya ke pasar. "Sejauh ini pemasarannya sudah menjangkau 11 kabupaten/kota di Riau," terangnya.
Kevin mengaku pihaknya masih dituntut bekerja ekstra keras untuk lebih memperkenalkan pupuk organik ke petani. "Kita siap untuk itu," tandasnya.
Sebab, Kevin yakin, seiring dengan perjalanan waktu, pada saatnya nanti petani akan bisa mengubah paradigma dalam penggunaan pupuk, dan memilih pupuk organik untuk mendukung usaha taninya.
Komentar Via Facebook :