Berita / Sumatera /
Kuspandi, Pembuat PKS Mini Penyelamat Petani
Medan, Elaeis.co - Kuspandi, warga Mata Merah, Kota Palembang, Sumatera Selatan, adalah lulusan STM. Sehari-hari pria berumur 38 itu adalah pegawai tetap PLN di Palembang.
Meski piawai dengan urusan setrum, di kalangan petani sawit Kuspandi lebih dikenal sebagai pembuat pabrik kelapa sawit (PKS) mini.
Dia mulai bersentuhan dengan petani sawit swadaya pada tahun 2013. "Semua berawal dari keluhan keluarga saya, petani sawit swadaya di Pulau Rimau. Pulau ini adalah satu dari sejumlah pulau kecil yang masuk ke wilayah Kabupaten Banyuasin," kata Kuspandi kepada Elaeis.co, Senin (9/8).
Kerabatnya itu mengaku tak tahu ke mana menjual tandan buah segar (TBS) hasil panen. Pulau Rimau terpisah jauh dari daratan Pulau Sumatera, infrastrukturnya sangat minim.
"Panen kerabat saya dan petani lainnya saat itu mencapai 500 ton. Enggak tahu ke mana mau menjualnya. Kalau jual ke PKS di Banyuasin, pasti biaya transpornya besar," kata Kuspandi.
Di dalam pulau pun warga harus melewati jalanan yang becek saat mengangkut TBS sawit, lalu dilanjutkan menggunakan perahu. Sesampai di daratan Banyuasin, TBS harus dipindahkan ke truk untuk kemudian diangkut ke TBS terdekat.
Jika harga resmi TBS mencapai Rp 2.500/kg di daratan Sumatera, harga TBS petani di Pulau Rimau hanya sekitar Rp 1.500/kg. "Mahal di biayai transportasi. Rugi mereka," kata Kuspandi.
"Kebun sawit di sana puluhan ribu hektar, tapi tak ada satupun PKS yang beroperasi di Pulau Rimau," tambahnya.
Mengerahui problem petani sawit di Pulau Rimau, Kuspandi lalu mencoba membuat mesin PKS mini. Berbekal pengetahuannya sebagai lulusan STM, ia mulai membuat mesin sederhana.
"Kebetulan saya buka bengkel las di samping rumah. Jadi, di situ saya coba buat mesin sederhana," ungkapnya.
Namun jalan tak selalu mulus. Mesin pertama yang diproduksi Kuspandi ternyata boros BBM dan tidak maksimal saat memproduksi minyak sawit mentah (CPO).
Dengan tekun dia meneruskan dan menyempurnakan pembuatan PKS mini hingga tahun 2018. "Selama lima tahun itu saya habis miliaran rupiah juga," bebernya.
Tapi jerih payah Kuspandi tak sia-sia. Saat ini mesin PKS mini yang ia produksi sudah cukup efisien, sudah dilengkapi dengan mesin boiler sehingga proses perebusan TBS bisa maksimal dan menghemat biaya BBM.
Problem petani di Pulau Rimau pun bisa diatasi. Begitu juga petani swadaya lain di Kabupaten Banyuasin dan sekitarnya.
Sudah beberapa tahun ini Kuspandi memetik hasil keuletannya. PKS mini buatannya sudah dibeli oleh para petani swadaya di berbagai provinsi, baik secara pribadi atau pun melalui koperasi. Mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, hingga Bangka Belitung.
"Sekitar Rp 300 juta sampai Rp 400 juta-an harga mesinnya. Dan itu sudah komplit dengan pelatihan cara mengoperasikan mesin sampai petani paham," jelasnya.
Ia bertekad akan terus menyempurnakan mesin PKS mini buatannya agar bisa membantu memecahkan problem petani sawit di daerah yang minim infrastruktur dan jauh dari PKS.
Komentar Via Facebook :