https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Lebih Murah, Tapi Banyak Petani Bergantung ke Pengepul dan Ram

Lebih Murah, Tapi Banyak Petani Bergantung ke Pengepul dan Ram

Sutan Barumun Hasibuan, petani sawit swadaya di Kabupaten Palas lebih memilih menjual TBS ke pengepul karena jauhnya jarak PKS ke kebun miliknya. (Dok. pribadi)


Medan, Elaeis.co - Masih banyak petani sawit swadaya di Provinsi Sumatera Utara bergantung pada pengepul dan ram. Mereka pasrah tandan buah segar (TBS) hasil panennya dihargai lebih murah.

Selain persoalan jarak dan kondisi jalan yang menyebabkan sulit mengakses langsung pabrik kelapa sawit (PKS) untuk menjual TBS, kualitas buah juga memaksa petani harus menerima keadaan.


“Kalau jual ke PKS makan waktu, 40 kilometer jaraknya dari kebun saya. Kebun sawit saya di Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang, sedangkan pabrik terdekat adalah PKS Adolina milik PTPN IV, berada di Dolok Masihul," kata Joe Ginting kepada Elaeis.co, Jumat (9/7).


Andai pun dia mengirim langsung ke PKS, belum tentu harga TBS-nya sesuai dengan yang diharapkan. “Nanti disortir lagi. Buah saya kadang jelek, apalagi tukang panen saya kadang memanen TBS yang belum matang penuh,” jelasnya.


Mempertimbangkan kondisi itu, ia lantas memutuskan menjual TBS ke pengepul. “Harga minggu ini Rp1.700/kg, padahal minggu lalu Rp1.900/kg,” ungkapnya.


Ia sempat bertanya ke pengepul apa penyebab penurunan harga. “Memang turun, itu kata mereka kalau kutanya. Mau gimana lagi kubilang,” katanya.


Bahtera Barus, petani sawit di Kotarih, Kabupaten Serdang Bedagai, malah mengaku menjual TBS ke pengepul Rp1.500/kg.


“Terpaksa menjual ke pengepul karena mahalnya biaya transportasi. Jelek sekali jalan dari kebun kami ke PKS. PKS-nya pun jauh. Ya sudah, ke pengepul sajalah kami jual. Paling juga beda Rp200 dengan harga PKS,” kata anggota DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Serdang Bedagai itu.


Sutan Barumun Hasibuan, petani sawit di Kecamatan Huristak, Kabupaten Padang Lawas (Palas), juga memilih untuk menjual ke pengepul. “Rp 1.500/kg harga TBS kami di pengepul. Di PKS paling beda Rp200/kg,” kata anggota DPD Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) Palas itu.


Jauhnya jarak ke PKS menjadi penyebab Sutan lebih memilih menjual TBS ke pengepul. “Mahal ongkos angkutnya,” katanya.


Faisal Habibie, petani sawit swadaya di Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta), menjual TBS ke ram atau toke besar sawit. “Minggu ini harga di ram terdekat Rp1.890/kg,” katanya.


Menurutnya, harga di ram masih lebih bagus dari pengepul, selisihnya antara Rp20 hingga Rp30/kg. “Tak langsung jual ke PKS karena tonase buah dari kebun tak begitu banyak. Paling per hektar cuma dapat 800 kilogram sampai 1 ton, luas kebun cuma lima hektar. Gak cukup bila dimasukan ke truk, mahal di biaya transportasi,” jelasnya.


Mangihut Sinaga, petani sawit di Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, juga menjual TBS ke ram meski di dekat kebunnya ada tiga PKS. “Sengaja enggak kita jual ke PKS, karena cuma sedikit buah yang kita hasilkan. Cuma empat hektar kebun sawit kami, itu pun warisan orang tua,” kata anggota SAMADE Simalungun itu.

Komentar Via Facebook :