https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Leher Petani Sawit Dicekik Mafia Pupuk

Leher Petani Sawit Dicekik Mafia Pupuk

Buah kelapa sawit. Elaeis.co/Syahrul


Pekanbaru, Elaeis.co - Para petani sawit mengeluhkan tingginya harga pupuk. Sehingga, para petani mengibaratkan para pemain pupuk sebagai mafia. 

Iya memang, secara garis besar, harga kelapa sawit saat ini masih cenderung tinggi. Tapi, trend harga tandan buah segar (TBS) di Riau saat ini mengalami penurunan.

Begitu juga di wilayah Kuantan Singingi. Harga TBS di sana berkisar Rp2.800 turun yang sebelumnya Rp3.100. Sayangnya, para petani justru dibebankan dengan harga pupuk yang sangat mahal.

Meski harga TBS turun tapi harga pupuk di wilayah Kuansing malah masih tetap tinggi. Bahkan, pupuk subsidi pun langka keberadaannya. Akhirnya petani di Kabupaten berjuluk Kota Jalur itu mengeluh lantaran kesulitan untuk merawat kebun miliknya.

"Harga pupuk belum ada perubahan. Malah pupuk subsidi disini juga sulit didapat," kata Eka Fitri petani kelapa sawit di Desa Trans Sungai Buluh F1, kecamatan Singingi Hilir saat berbincang bersama elaeis.co, Senin (27/12).

Lantaran tinggi dan langkanya pupuk subsidi tadi, kata Eka banyak petani yang kini mulai beralih ke pupuk kandang. Memang saat ini masih menjadi selingan untuk merawat kebun sawit di sana.

"Kalau saya sendiri pakai kotoran ayam potong. Kebetulan suami ada kenalan peternak ayam di sini," bebernya.

Menurutnya, pupuk kandang penting juga untuk menyuburkan tanah. Sehingga tidak hanya menggunakan pupuk kimia untuk merawat kebun miliknya itu.

Untuk pemupukan biasanya Eka melakukan 3 bulan sekali. Ini dipikir Eka merupakan skala yang tepat untuk merawat kebun seluas 2 hektar miliknya itu.

Meski begitu, harga sawit tinggi ujar Eka belum bisa menjamin petani sawit dalam perawatan ini. Karena harga pupuk masih tinggi.

"Yang kita khawatirkan, harga sawit turun tapi pupuk malah tidak turun," terangnya.

Dua hektar kebun sawitnya itu, biasanya mengahasilkan buah kelapa sawit di atas 2 ton. Jadi sebulan Eka bisa mengantongi Rp8-10 juta.

"Saat ini sudah pecah dari 2 ton. Karena buah mulai trek," paparnya.

"Yang pasti saat ini sudah banyak petani menggunakan pupuk kandang di sini. Kita berharap pupuk kimia harganya kembali normal dan ketersediaannya mudah di dapat," tandasnya.

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :