Berita / Iptek /
Limbah Sawit Disulap Jadi Inacell, Sangat Berguna bagi Beragam Industri
CIBINONG, elaeis.co - Tidak henti-hentinya kelapa sawit, baik produk inti maupun olahan sampingan atau limbahnya, memberikan arti dan kegunaannya bagi kehidupan manusia, termasuk di Indonesia.
Setelah sebelumnya ada helm, rompi, tembikar, dan produk lainnya yang berbahan limbah sawit, kali ini ada produk lain yang juga dari limbah sawit tetapi mampu menunjang kinerja industri lain, termasuk industri kosmetik, consumer goods, dan lainnya.
Anda enggak percaya? Ayo kita simak temuan terbaru dari para pakar dan peneliti yang tergabung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Temuan terbaru tersebut juga telah dipaparkan di dalam acara Indonesia Research and Innovation Expo (INARI Expo) 2024.
Kegiatan itu, seperti keterangan resmi yang diperoleh elaeis.co, Senin (12/8/2024), berlangsug di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Bogor, Provinsi Jawa Barat (Jabar), belum lama ini.
Baca juga: Dulunya Limbah, Kini Lidi Sawit Jadi Sumber Devisa Indonesia
Di acara itu, BRIN memperkenalkan produk risetnya yakni mikrokristalin selulosa (MCC) yang merupakan hasil konversi selulosa dari biomassa atau limbah sawit, dengan menggunakan prinsip hidrolisis asam organik.
MCC telah digunakan dalam berbagai aplikasi industri, termasuk kesehatan dan farmasi, antara lain sebagai pengisi, pengikat, dan atau penghancur obat.
Juga digunakan untuk agen antigumpal, pengisi bahan kosmetik, pengental makanan, campuran pasta gigi, stabilisator emulsi, dan juga sumber serat prebiotik.
Produk ini dikenalkan oleh Holilah selaku Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk (PRBB) BRIN.
Di acara tersebut, Holilah mengatakan, MCC merupakan hasil olahan dari hasil samping pengolahan minyak kelapa sawit.
Baca juga: Peneliti BRIN Berhasil Konversi Limbah Sawit Jadi Mikrokristalin Selulosa, ini Gunanya
“Produk ini berguna untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil samping pengolahan minyak sawit," ungkap Holilah.
"Kita tahu Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia, dengan jumlah produksi minyak 46.82 juta ton pada tahun 2022,” ia menambahkan.
Dalam produksi ini, kata dia, dihasilkan limbah berupa tandan kosong atau tankos sebanyak 22 persen dari porsi tandan buah segar (TBS), serat mesokarp (13 persen).
Kemudian, kata dia, cangkang sawit (4,5 persen), abu (0,01 persen), dan limbah cair atau palm oil mill effluent, (POME) sekitar 0,62-0,77 per m3 ton TBS.
"Semua limbah tersebut sangat melimpah dan dapat dikonversi menjadi mikrokristalin selulosa yang lebih bernilai ekonomi tinggi," kata Holilah menjelaskan.
Holilah menyatakan, produk MCC dari BRIN diberi nama Inacell, sebuah produk inovasi yang merupakan hasil konversi selulosa dari biomassa tankos kelapa sawit dengan menggunakan prinsip hidrolisis.
"Produk ini telah memiliki karakteristik yang hampir sama dengan MCC komersil atau Avicel PH 101," ucap Holilah.
Berdasarkan data proyeksi, bebernya, kebutuhan Inacell atau MCC di Indonesia pada tahun 2026 diperkirakan mencapai 1,178,520 ton per tahun.
Baca juga: Beragam Produk dari Limbah Sawit Karya Mahasiswa Polkam Dipamerkan di SIEXPO 2024
Kata dia, MCC ini banyak digunakan dalam berbagai aplikasi industri baik kesehatan, farmasi dan industri lainnya.
"Seperti yang sudah saya jelaskan, MCC bisa bertindak sebagai pengisi, pengikat, atau pun menjadi penghancur obat," kata dia.
MCC pun, tuturnya, bisa juga sebagai agen anticracking atau gumpalan, bahan pengisi kosmetik, pengental makanan, campuran pasta gigi, stabilisator emulsi dan sumber serat prebiotik.
“Saya berharap semoga Inacell dapat diproduksi secara komersil, baik nantinya bekerja sama dengan perusahaan," ujarnya.
"Karena sampai saat ini di Indonesia belum ada produsen selulosa dan turunannya seperti mikrokristalin selulosa ini,” tutur Holilah lebih lanjut
Ia mengatakan hal itu karena mengingat sampai sekarang jumlah impor MCC Indonesia cukup tinggi untuk aplikasi industri pangan, kosmetik dan farmasi.
"Semoga nantinya tidak beli dari luar, tapi bisa beli dari produsen dalam negeri aja. Karena Indonesia negara agraris yang kaya akan sumber selulosa ini,” pungkas Holilah.
Komentar Via Facebook :