https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Makin Hancur Jalan, Harga TBS Makin Tertekan

Makin Hancur Jalan, Harga TBS Makin Tertekan

Petani sawit di Desa Huristak, Kecamatan Huristak, Kabupaten Padang Lawas, harus melewati jalan rusak menuju kebun (Dok.)


Medan, Elaeis.co - Selain dipengaruhi harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), harga tandan buah segar (TBS) sawit di Sumatera Utara juga dipengaruhi oleh kondisi jalan. Hancurnya jalur transportasi menuju pabrik kelapa sawit (PKS) menyebabkan harga TBS di tingkat petani lebih murah dari yang ditetapkan pemerintah.

Junior Siregar, petani sawit yang tinggal di Desa Huristak, Kecamatan Huristak, Kabupaten Padang Lawas (Palas), mengatakan, kerusakan jalan menyebabkan petani sawit di daerahnya terpaksa menjual TBS ke pengepul. “Sebenarnya bisa saya jual TBS langsung ke PKS, jaraknya cuma tiga kilometer dari kebun saya. Tapi bagaimana mau kubuat, jalan dari kebun kami rusak, sudah rusak kali pun. Kalau TBS kuangkut sendiri ke PKS, mahal di ongkoslah nanti,” katanya kepada Elaeis.co, Jumat (25/6).

Jalan yang dia maksud adalah jalan antar desa yang merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten. “Mau tak mau, pilihan paling cepat adalah menjual TBS ke pengepul. Dia yang datang menjemput ke kebun petani,” jelas Ketua DPD Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) Palas itu.

“Hari Rabu lalu TBS kami yang swadaya ini dihargai Rp 1.550/kg di tingkat pengepul. Yang kami dengar, di tingkat PKS harganya mencapai Rp 1.700/kg. Bahkan pekan lalu sampai Rp 1.900/kg. Cuma ya itulah, kalau kami paksakan pun menjual langsung ke PKS yang harganya lebih bagus, besar juga biaya transportasi yang harus dikeluarkan,” tambahnya.

Keluhan yang sama disampaikan Bahtera Barus, petani sawit dari Kecamatan Kotarih, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai). “Sekitar Rp 1.600/kg di tingkat pengepul, tapi dijemput langsung ke kebun kami. Enggak mungkin kami antar langsung ke PKS atau Ram, berat di ongkos,” kata anggota Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Sergai itu.

Menurutnya, Ram terdekat dari kebunnya berjarak lima kilometer sedangkan PKS terdekat di Kecamatan Dolok Masihul berjarak hampir 20 kilometer. “Masalahnya jalan desa yang harus dilewati rusak. Kalau kami langsir sendiri, harus keluar biaya transportasi dan biaya lainnya. Truk pengangkut TBS disewa, hitungannya per kilogram TBS. Tetap rugi meski harga di RAM atau PKS lebih mahal,” paparnya.

Junior dan Bahtera terbilang masih lebih beruntung karena masih bisa menjual ke pengepul. Irwan Sinaga, petani sawit swadaya di Kecamatan Hatonduan, Kabupaten Simalungun, terpaksa menerabas jalan rusak setiap mengantar hasil panen ke Ram. “Sudah gak ada lagi pengepul di Hatonduan,” ungkap anggota SAMADE Simalungun itu.

Saat ini harga di Ram Rp 1.650/kg. Kata Irwan, harga itu tidak berubah dari pekan lalu. “Jadi, dari harga jual Rp 1.650/kg itu, kami harus mengeluarkan Rp 300/kg untuk ongkos transportasi dan ongkos pemanen TBS Rp 300/kg. Mahal kali memang ongkos transportasi, tapi itulah resiko jalan rusak,” ucapnya.

Komentar Via Facebook :