https://www.elaeis.co

Berita / Pojok /

Masa Depan

Masa Depan

DR. Bayu Krisnamurthi. Foto: Ist


Menengok buku Profil Anak Usia Dini 2020 yang baru diterbitkan Badan Pusat Statistik (tanda tangan Kepala BPS, Desember 2020) itu, saya langsung terbayang pada kesempatan kunjungan ke kantor pusat dua perusahaan raksasa Jepang 12 tahun silam.  Yang satu perusahaan otomotif, satu lagi perusahaan ‘home appliance’ (alat-alat elektronik rumah tangga) terkemuka. 

Dua-duanya perusahaan yang sangat menonjol dibidangnya, punya sejarah panjang, dan dikenal sebagai produsen produk-produk industri berkualitas baik dan berdaya saing tinggi.

Yang menarik dari kunjungan waktu itu adalah di kedua perusahaan, tetamu utama selalu diajak ke sebuah ruangan luas berisi lukisan-lukisan hasil kreatif anak-anak dari seluruh dunia.  

Lukisan-lukisan tadi adalah yang terbaik dari ratusan bahkan ribuan lukisan yang dikirim anak-anak usia antara 6-10 tahun dalam sayembara berhadiah yang sengaja dibikin perusahaan. 

Pertanyaan dua manajemen perusahaan tadi sederhana saja. Perusahaan otomotif membikin pertanyaan; Apa bayanganmu tentang mobil masa depan? 

Lalu pertanyaan perusahaan alat elektronik rumah tangga; Apa bayanganmu tentang rumah masa depan.

Tak butuh waktu lama, perusahaan otomotif mendapat kiriman lukisan mobil yang bisa terbang, mobil yang memakai rumput sebagai sumber energi, mobil untuk orang buta, dan sederet gambaran imanjinasi lain. 

Perusahaan alat elektronik kebagian pula kiriman lukisan; kulkas yang diperintah dengan suara untuk menyiapkan minuman dingin, ada alat-alat yang telah merekam semua kebiasaan pemilik rumah pada saat bangun tidur sehingga kopi dan sarapan langsung sudah tersedia, dan berbagai imaginasi kreatif lain. 

Dari pemandu kunjungan saya dapat cerita bahwa selain dipamerkan kepada para tamu utama, setiap calon manajer atau pegawai yang mendapat promosi, wajib berada di ruang pameran lukisan itu beberapa jam bahkan hingga satu dua hari.  

Pesan kepada para manajer dan pegawai adalah kenali dan hayati lukisan-lukisan itu lantaran itu adalah pesan dari ‘your future customer’, pesan dari masa depan.

Logikanya sederhana. Berbagai studi psikologi menunjukkan bahwa khayalan masa depan dari anak-anak berumur 6-10 tahun adalah juga visi yang telah mulai terbentuk pada alam bawah sadar mereka.  

Peluang bahwa apa yang dilukiskan adalah benar-benar apa yang akan mempengaruhi pengambilan keputusannya di masa depan cukup besar. 

Disisi lain, pengembangan produk baru memang membutuhkan waktu. Tahap riset dasar hingga prototype saja bisa berjalan 4-5 tahun. 

Belum lagi berbagai uji yang harus dilakukan sebelum masuk ke tahap produksi dan manufacturing.

Akhirnya, tak terasa, ketika anak pelukis mobil yang menggunakan sumber energi dari rumput akan membeli mobil pertamanya pada 12-15 tahun kemudian, perusahaan otomotif tadi sudah menawarkan mobil dengan bahan bakar bio-fuel yang memang diproduksi dari bahan nabati.

Pelajaran yang dapat ditarik adalah pentingnya bertanya kepada konsumen dan para pengambil keputusan masa depan, apa yang mereka inginkan, apa yang mereka harapkan. 

Dan selalu menaruh perhatian serius sekaligus memberi penghargaan tinggi pada imajinasi dan kreativitas anak-anak, meskipun awalnya mungkin terasa absurd dan tak masuk akal. 

Kembali kepada publikasi BPS tentang Profil Anak Usia Dini 2020 tadi, mereka adalah anak-anak Indonesia yang akan memasuki usia kerja 15 tahun dari sekarang (sekitar tahun 2035). 

Di profil itu disebut bahwa pada tahun 2020 jumlah anak Indonesia mencapai 32,96 juta. Ini setara dengan 12,19% total penduduk Indonesia. 

Dari jumlah anak tadi, 51,02% laki-laki --- rasio laki-laki dan perempuan 104:100. Artinya jumlah anak laki-laki lebih banyak dari perempuan. 

Anak-anak itu, 54,88% tinggal di perkotaan, yang juga akan menjadi dasar proyeksi penduduk kota di Indonesia yang diperkirakan akan mencapai 70% dalam satu dekade ke depan. 

Porsi penduduk anak-anak terbanyak ada di Nusa Tenggara Timur (NTT) 15,67% dan terendah di Jawa Timur (Jatim) 9,89%. 

Sebagai pembanding saja, Jogjakarta menjadi daerah dengan lanjut usia (lansia) terbanyak (14,71%) dan Papua menjadi daerah dengan lansia paling sedikit (3,63%).

Masih terkait anak-anak tadi, lebih dari 89% tinggal bersama orang tuanya. Aktivitas yang paling banyak dilakukan bersama orang tua adalah: makan-belajar-makan 89,16%, menonton TV 75,64%, berbincang-bincang, mengobrol 66,85%, bermain-berekreasi-berolah raga 50,23%, berdoa, beribadah 37,72%, dan belajar, membaca buku 31,15%. 

Bisa juga disebut bahwa hanya 17,35% anak-anak yang dibacakan buku cerita atau diceritakan dongeng oleh orang tuanya.

Urusan kesehatan, sekitar 42,36% anak-anak itu mengeluh telah mengalami gangguan kesehatan dalam sebulan sebelum waktu survey, dan 23,34% mengalami sakit. 

Pada usia anak 0-6 bulan, ada 69,92% yang memperoleh Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, dan 66,29% anak usia sampai dengan 23 bulan yang memperoleh ASI dan makanan pendamping ASI. 

Hanya 55,77% dari anak-anak tinggal di rumah layak huni, 89,20% punya akses terhadap air layak minum, dan hanya 78,81% yang punya akses pada sanitasi layak. 

Agak sulit membayangkan bahwa angka-angka itu sudah termasuk angka yang baik sesuai harapan.

Deretan informasi masih banyak yang bisa digali dari publikasi Profil Anak Usia Dini 2020 tadi, dan informasi-informasi itu menggambarkan bagaimana kira-kira Indonesia di masa depan. 

Masih ada kesempatan untuk membentuk masa depan itu menjadi lebih baik. Pola asuh, asupan pangan dan gizi, dan pencerdasan generasi tetap berpotensi menjadikan anak-anak itu lebih baik dari generasi sebelumnya. 

Dan yang terpenting, anak-anak itu juga perlu diajak untuk berpikir dan berimajinasi dengan kreatif untuk masa depan mereka sendiri.  

Seperti yang pernah disebut Khalil Gibran --- seorang seniman, penyair, dan penulis kelahiran Lebanon yang menghabiskan banyak waktunya di Amerika Serikat --- pada akhirnya kita sebagai orang tua hanyalah busur dan anak-anak itu bagaikan anak panah, akan melesat ke masa depan yang tidak dapat kita mendatanginya. 

Semoga masa depan mereka itu memang lebih baik...

____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Catatan Bayu Krisnamurthi 

3 Februari 2021


Komentar Via Facebook :