Berita / Bisnis /
Mayoritas Saham Emiten Sawit Alami Anomali
Medan, Elaeis.co - Mayoritas saham-saham perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang mengalami penurunan nilai. Padahal dalam dua tahun terakhir kinerja seluruh industri perkebunan sawit melambung berkat kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar global.
"Banyak perusahaan yang melantai di bursa, termasuk perusahaan sawit, secara fundamental kinerja mereka sebenarnya enggak masalah. Mereka memperoleh laba usaha, terutama di semester satu, Januari sampai Juni kemarin," kata Kepala PT BEI Perwakilan Sumut, Muhamad Pintor Nasution, kepada Elaeis.co, Sabtu (17/7).
Ia mencontohkan PT Unilever, perusahaan global yang bergerak di bidang consumer goods dan menyerap banyak CPO untuk bahan baku berbagai produknya. "Kinerja Unilever sangat bagus sekali, tapi di saham malah cenderung hancur lebur," sebutnya.
Menurut Pintor, kondisi perusahaan yang seperti itu disebut anomali. Harga di pasar modal tidak selalu mencerminkan harga buku, begitu juga sebaliknya.
"Harga pasar berarti perkembangan saham milik perusahaan di pasar modal, sementara harga buku berarti kinerja sesungguhnya perusahaan," dia menjelaskan.
Pembatasan mobilitas warga di Indonesia dan Malaysia, dua produsen besar CPO, ditengarai sejumlah pengamat menjadi pemicu kenaikan harga CPO di pasar global. Namun Pintor tidak yakin faktor lockdown juga mempengaruhi emiten sawit di pasar modal.
"Kalau lockdown atau PPKM, kan kebanyakan di kota. Sementara perkebunan sawit jauh dari kota, malah relatif lebih aman dari serangan pandemi Covid-19," katanya.
"Tapi ya begitulah, pasar saham tidak bisa didikte. Walau harga CPO melambung, tapi pasar saham memang berkata lain. Bahkan secara umum sektor agrikultur di pasar modal Indonesia mengalami minus hingga 7,36 persen secara year to date atau dari
tanggal 1 Januari hingga saat ini," tutupnya.
Komentar Via Facebook :