Berita / Nusantara /
Membuka Mata Uni Eropa di Lantai 38 (2)
Setelah mendengar sederet paparan tadi, Michael mengatakan bahwa Uni Eropa (UE) paham kalau sawit memberikan dampak positif bagi perekonomian Bangsa Indonesia, sawit telah muncul sebagai komoditi yang bisa mengentaskan kemiskinan dan menjaga kestabilan sosial.
UE kata Michael tidak membuat peraturan khusus untuk Indonesia, "Kami membuat peraturan untuk memastikan bahwa bahan bakar biofuel yang digunakan oleh orang-orang di Eropa terbarukan, tidak membunuh monyet dan tidak mengakibatkan deforestasi," ujarnya.
Sebab masyarakan Eropa kata Michael sangat peduli dengan penggunaan energi terbarukan yang tidak merusak lingkungan.
"Jadi Eropa hanya ingin memastikan bahwa bahan bakar yang digunakan berasal dari sawit yang dikelola secara berkelanjutan," tegasnya.
Nah, sebelum peraturan RED II diberlakukan, Eropa kata Charles membuka diri untuk diskusi dan berdialog dengan Apkasindo sebagai organisasi Petani Sawit.
Tujuannya tentu untuk mendapatkan informasi lebih presisi dan akurat sebagai bahan revisi RED II nanti. UE juga kata Charles sedang menelaah dan mematangkan definisi "renewable" untuk meminimalisir kesalahpahaman terkait apa yang dimaksud dengan energi terbarukan itu.
Kemudian UE juga akan menilai kriteria komoditas sawit high-risk atau low-risk terhadap deforestasi. Namun satu hal yang perlu diingat kata Charles, UE akan memperlakukan sawit petani secara khusus.
"Lalu, gimana caranya mendata para petani sawit ini? Tidak mungkin kan kita mendatangi para petani satu persatu," Michael bertanya.
Rino yang mendengar pertanyaan itu spontan memperlihatkan Kartu Tanda Anggota (KTA) Apkasindo kepada Michael.
"KTA ini adalah cara kami untuk mendata para petani sawit yang ada diseluruh Indonesia dan ini sedang kami kebut," terang Rino.
Menengok KTA itu, Michael sedikit kaget dan manggut-manggut. "Ini adalah sebuah game changer, sesuatu yang luar biasa yang dilakukan untuk mendata para petani kelapa sawit dan KTA ini akan meningkatkan transparansi," katanya.
Baca juga: Membuka Mata Uni Eropa di Lantai 38 (1)
Singkat cerita, Charles dan Michael akhirnya berharap bisa berkomunikasi intens dengan Apkasindo,"Pintu kami selalu terbuka untuk Apkasindo berdikusi, berkoloborasi untuk mencari solusi," kata Michael.
Dan UE kata Michael sangat berharap bisa bekerjasama dengan Apkasindo demi memantapkan aturan RED II supaya tidak merugikan petani sawit di Indonesia.
"Ada 2 studi yang sedang dikerjakan oleh UE; TRUST dan Value Chain for Agriculture and Development. TRUST adalah sebuah penelitian mengenai performa kebun sawit. Di sini akan dicari tahu sederet hal yang antara lain; apakah kebun sawit sudah dikelolah secara berkelanjutan atau tidak. Lalu apakah petani sudah mendapatkan training sustainable atau belum," rinci Michael.
Performa tadi kata Michael akan dinilai menggunakan indikator dan hasil akhirnya adalah peta berwarna (hijau, kuning dan merah). Kalau kebun milik petani ini sudah dikelola secara berkelanjutan maka warnanya hijau dan jika belum sama sekali, warnanya merah. Data ini akan dispesifikasi berdasarkan kabupaten," ujar Michael.
Lantas studi kedua adalah mencari tahu seberapa bermanfaat kebun kelapa sawit bagi petani. Apakah meningkatkan perekonomian petani atau menurunkankan atau hanya dinikmati oleh segelintir korporasi.
"Saat ini kami memantau perkembangan seluruh aspek tentang sawit, tapi bisa jadi di masa depan kami juga akan memantau biofuel yang berasal dari minyak kedelai. Seperti yang di Brazil misalnya," kata Michael.
Michael kemudian menyebut, dengan komunikasi aktif, perbaikan tata kelola sawit berkelanjutan, pengolahan data dan informasi secara lebih luas dan transparan akan membikin sawit sudah low risk sebelum 2024.
"Saya mengajak Mr.Michael dan Mr.Charles untuk menghadiri groundbreaking peletakan batu pertama pabrik CPO pertama milik petani sawit di Kalimantan Selatan pada 5 Agustus mendatang," ajak Gulat.
Yang diajak pun langsung tersenyum mengangguk antusias sambil menyampaikan dengan senang hati mendengar kabar baik ini. Kabar baik yang dinanti oleh kalangan internasional.
Komentar Via Facebook :