Berita / Feature /
Menembus Batas Keadaan
Marini tak mau ambil pusing dengan jarak tempuh yang begitu jauh demi mendapatkan ilmu pada bimbingan belajar (bimbel) gratis yang digelar oleh Tedi Susilo, seorang pengurus Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPW-Apkasindo) Riau.
Bahkan meski harus melintasi Sungai Indragiri yang lebar itu pakai pompong sekalipun, santai saja perempuan 18 tahun ini menjalaninya.
Tekadnya agar bisa lolos menjadi satu dari 3000 mahasiswa beasiswa sawit yang bakal diambil dan dikuliahkan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk tahun 2024, telah mengalahkan segala rasa sakit dan takut yang ada.
Meski masih di satu kabupaten, di Indragiri Hilir (Inhil) Provinsi Riau, dari rumahnya di Desa Harapan Jaya Kecamatan Tempuling, anak kedua dari tiga bersaudara ini musti menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk bisa sampai di rumah Tedi di kawasan Kelurahan Kempas Jaya, Kecamatan Kempas.
Keadaan yang membikin Marini punya tekad bulat seperti itu; harus kuliah, dan kali ini dia mendapat kesempatan kuliah tapi tidak menguras kocek orangtuanya.
Dia menaruh harapan, dengan kuliah, akan semakin besar peluangnya untuk dapat membantu orang-orang terdekatnya, terutama orangtua.
Sangat terasa olehnya, selama ini ekonomi orangtua tergolong sulit. Itu lantaran kebun sawit yang satu-satunya jadi penopang ekonomi keluarga, hanya sehektar.
"Untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga bisalah. Tapi untuk yang lain, sulit," cerita gadis manis ini saat berbincang dengan Elaeis Media Group (EMG) dua hari lalu.
Waktu Marini sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Pematang Reba, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), di provinsi yang sama, Marini dapat cerita soal Beasiswa SDM Sawit BPDPKS itu. "Ini benar-benar peluang besar bagi saya," membatin Marini waktu mendengar kabar bagus itu.
Dan dari seorang teman pula, Marini dapat cerita kalau saban tahun Tedi membuka kelas bimbel gratis. "Alhamdulillah, akhirnya saya lolos seleksi. Tak ketulungan bahagianya orang tua saya, termasuk kakak dan adik saya. Kami adik beradik semua perempuan," katanya.
***
Lolos kuliah di jurusan Manajemen Logistik Program D3 Politeknik Citra Widya Edukasi (CWE) Bekasi, Jawa Barat (Jabar), menjadi titik awal Marini menyandang status sebagai mahasiswi.
Dan itu pula yang membikin dia harus terpisah jauh dulu dengan kedua orangtuanya, kedua saudara kandungnya, teman-teman seperjuangan, dan juga dengan kampung halaman yang ia cintai.
Tapi demi tekad bulat tadi, lagi-lagi Marini harus menyingkirkan semua rasa yang ada. Toh juga dalam kondisi sekarang, video call atau telponan bisalah mengobati rindu yang ada.
Yang pasti, Marini bangga akan apa yang telah dia capai itu. Kuliah tanpa harus memberatkan kocek kedua orangtuanya.
Perempuan ini kemudian merinci sejumlah fasilitas dari BPDPKS yang dia terima; mulai dari uang saku yang dia terima setiap bulan, uang buku sekali semester, dan yang lain. "Bahkan saat pemberangkatan dulu, semuanya sudah disiapkan," terang Marini.
Itu artinya, tugas Marini di Bekasi hanya satu; belajar yang tekun. Mengerahkan semua waktu dan pikiran untuk mendapatkan predikat tertinggi demi masa depannya.
Dengan polos Marini mengaku, sejak lama dia sudah tertarik dengan dunia perkelapasawitan dan kini saatnya dia mendalaminya. "Mungkin lantaran saya dibesarkan dari hasil kelapa sawit," perempuan ini tertawa.
Komentar Via Facebook :