https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Menko Ekonomi: Tiap Tahun Sawit Indonesia Serap 2,2 Miliar Ton Karbon. Hutan?

Menko Ekonomi: Tiap Tahun Sawit Indonesia Serap 2,2 Miliar Ton Karbon. Hutan?

Menko Ekonomi, Airlangga Hartarto. foto: tangkapan layar


Jakarta, elaeis.co - Saban tahun pohon kelapa sawit Indonesia menyerap 2,2 miliar ton karbon dioksida (C02). Ini ditambah pula dengan pengurangan 23,3 juta ton karbondioksida oleh dampak mandatori B30 --- biodiesel bauran 30. 

Kalau ditengok dari hamparan luasan kebun kelapa sawit, Sumatera menjadi penyumbang serapan karbon dioksida terbesar lantaran dari 16,38 juta hektar total luas kebun kelapa sawit di Indonesia, 62,3% nya berada di Sumatera. Urutan kedua pulau Kalimantan sebesar 34,2%, Sulawesi 2,2% dan Papua 1,1%.   

Panjang lebar Menteri Koordinator Bidang Ekonomi (Menko Ekonomi) Airlangga Hartarto mengurai dampak keberadaan pohon kelapa sawit itu bagi lingkungan pada webinar peran dan strategi komunitas sawit dalam mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional yang digelar wartaekonomi, siang ini. 

Kebetulan Ketua Umum Partai Golkar itu didapuk jadi keynote speaker. "Dari sisi penggunaan lahan, untuk menghasilkan 1 ton minyak, kelapa sawit cuma butuh 0,3 hektar. Tapi rapeseed justru butuh 1,3 hektar. Bunga matahari malah lebih banyak lagi, 1,5 hektar," tambahnya. 

Kalau saja orang-orang anti sawit baik di dalam negeri maupun luar negeri melek dengan apa yang dibilang lelaki 58 tahun ini, semestinya mereka sudah berhenti menjelek-jelekkan sawit dan bahkan di dalam negeri, semestinya sawit diberikan ruang khusus. Bukan dijadikan tumbal kamuflase hijaunya kawasan hutan. 

Sebab sesungguhnya, bukan cuma Airlangga yang bilang soal besarnya serapan karbon tadi, tapi juga Robert Henson, seorang ahli ekofisiologi asal Oklahoma City, Amerika Serikat yang melakukan penelitian kelapa sawit di Malaysia. 

Hasil penelitian yang dilakukan 21 tahun lalu itu kemudian dia rilis dalam jurnal 'The Rough Guide to Climate Change'. "Satu hektar kebun kelapa sawit menyerap 64,5 ton karbon dan menghasilkan 18,7 ton oksigen," begitu kata Henson dalam jurnalnya itu. 

Kalau ditengok lebih detil lagi, serapan karbon oleh sawit tadi ternyata jauh lebih besar ketimbang serapan satu hektar tutupan hutan. Sebab satu hektar tutupan hutan kata Henson hanya menyerap 42,4 ton karbon pertahun. Lalu oksigen yang dihasilkan cuma 7,1 ton per hektar per tahun. 

"Dalam ilmu biologi atau pertanian, apa yang diteliti Henson itu berlaku di seluruh dunia. Begitu juga hasil penelitian di tempat lain," Ketua Tim Lintas Kementerian dan Asosiasi Penyusunan Roadmap Industri Sawit Indonesia, Tungkot Sipayung. 

Lelaki 55 tahun ini mengurai, dalam kesehariannya, kelapa sawit menyerap karbondioksida, membersihkan udara dan menggantinya dengan oksigen. Karbon diserap untuk membentuk tubuh tanaman, minyak sawit dan bio massa.

Intinya kata Tungkot, semua tanaman berproduksi pasti menyerap banyak karbon dioksida. Semakin besar pertumbuhan tanaman, semakin besar produksinya.

"Dia akan menyerap banyak karbon dioksida dan menghasilkan banyak oksigen. Sawit terus bertumbuh sampai 25 tahun. Maka selama itu pula dia akan terus menerus menyerap CO2 dan menghasilkan O2 yang besar," Tungkot mengurai.

Lalu kenapa sawit tetap saja menjadi momok sebahagian orang di dalam negeri? Apakah lantaran ada iming-iming USD1 miliar dari negara asing kepada oknum anti sawit agar sawit diberangus dengan cara apapun? Entahlah... 


 

Komentar Via Facebook :