https://www.elaeis.co

Berita / Internasional /

Menyolek 'Raksasa' Tepian Selat Malaka

Menyolek

Kepala BP Batam yang juga Wali Kota Batam, Muhammad Rudi (dekat bendera Indonesia) saat meneken PKS terkait pengembangan dan pengelolaan Bandara Internasional Hang Nadim. foto: ist


Kalau menengok skenario, besarnya investasi dan rekam jejak perusahaan yang akan menyulap Bandara Internasional Hang Nadim Batam Provinsi Kepulauan Riau itu, sebenarnya tak ada yang musti diragukan lagi. 

Sebab itu tadi, tiga perusahaan raksasa --- Angkasa Pura I, Wijaya Karya (WIKA) dan Incheon International Airport  Corporation (IIAC) --- yang tergabung di PT. Bandara Internasional Batam (BIB) yang akan menyulap dan mengelola bandara itu, sudah pakar dibidangnya. 

Modal yang bakal dikucurkan pun tak sedikit, mencapai Rp6,9 triliun. Jadi, tak ada alasan untuk bilang bahwa Hang Nadim tak bisa menjelma menjadi bandara kelas dunia dan bahkan jadi hub transportasi udara, seperti yang diinginkan Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), pemilik bandara itu. 

Soalnya saat ini saja IIAC masih jadi bandara hub utama yang menghubungkan dua pasar penerbangan terbesar dunia; Asia dan Amerika Utara. 

Maka sangat mungkin IIAC menarik rute perjalanan cargo asal Amerika dan Eropa transit di Hang Nadim untuk kemudian melanjutkan penerbangan ke Australia. 

IIAC juga bakal membuka 11 rute internasional baru untuk memoncerkan pergerakan penumpang maupun cargo di Hang Nadim. Untuk itu IIAC juga sangat serius. 

Ini kelihatan dari omongan President and CEO IIAC, Kyung-Wook Kim, yang sengaja datang bersama Konsuler Transportasi dan Infrastruktur Korea, Kim Dongjin, ke Batam, Selasa pekan lalu. 

"Hang Nadim menjadi proyek kerja sama pemerintah-swasta jangka panjang pertama Korea di luar negeri. Ini menjadi tonggak penting kerja sama masa depan Korea dan Indonesia," ujar Kyung. 

Bandara Hang Nadim juga bakal bisa jadi alternatif transit untuk maskapai-maskapai nasional yang akan menjalani rute khusus cargo dari dan ke China, Jepang, India, Timur Tengah, tanpa harus ke Singapura lagi. 

Sebab di dalam negeri, Angkasa Pura I sangat bisa menopang itu melalui anak usahanya, PT. Angkasa Pura Logistik (APL) yang juga bakal bisa menjadikan Hang Nadim sebagai hub cargo untuk rute Sumatera, Jawa, dan wilayah timur Indonesia seperti Balikpapan hingga Makassar.

Adalah Muhammad Rudi yang membikin tiga 'raksasa' tadi kepincut kepada Hang Nadim dan kemudian bersepaham membikin PT.BIB. Soalnya, Batam sebagai lokasi Hang Nadim, sangat unik. 

Sedari dulu Batam sudah dikenal sebagai pulau sangat strategis di bibir Selat Malaka yang diapit oleh Singapura, Malaysia, Rempang, Galang, Karimun dan Bintan.

Itulah makanya banyak orang menggelontorkan duit untuk membikin ragam industri manufaktur hingga galangan kapal di daratan seluas 45 ribu hektar itu. 

Destinasi wisata molek yang dimiliki Batam, Rempang, Galang, Karimun dan Bintan, akan menjadi daya tarik sangat kuat untuk orang-orang singgah dan bahkan betah berlama-lama. 

“Kalau bandara kita sudah sangat refresentatif, berarti kita sudah menyediakan apa yang diinginkan dunia terkait Batam,” kata Kepala BP Batam ini usai meneken Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan BIB, Selasa pekan lalu. 

Dalam PKS yang diteken di kawasan Batam Center itu disebutkan, pada 2047 mendatang, BIB sudah mengembalikan bandara yang disulap menjadi dua terminal modern, satu terminal cargo mentereng beserta landasan pacu terpanjang di asia; lebih dari 4 kilometer itu, kepada BP Batam.   

Dan pada momen pengembalian itu, pergerakan penumpang internasional diperkirakan sudah berada di angka 1,5 juta orang, penumpang domestik sekitar 39 juta orang serta cargo sekitar 70-80 ribu ton. 

Angka ini melesat jauh dari data sekarang yang menyebut bahwa kapasitas Hang Nadim hanya 3,5-5 juta penumpang per tahun dan 40 ribu ton cargo per tahun. 

Uniknya, sudahlah nanti dapat bandara kelas dunia yang kinclong, selama dikelola oleh BIB, saban tahun kocek BP Batam masih akan mendapat kucuran duit sekitar Rp1,1 triliun. Duit itu bersumber dari pendapatan operasional umum dan cargo

Akan seperti apa dampak bandara mentereng itu terhadap pulau-pulau terdekat di Batam, tak usah ditanya lagi. Sektor konstruksinya saja bisa menyerap lebih dari 3000 tenaga kerja.   


 

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :