Berita / Nasional /
Minyak Goreng Hingga Cabai Rawit Dorong Deflasi 0,21 Persen
Jakarta, elaeis.co – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa pada Agustus 2022 terjadi deflasi sebesar 0,21 persen.
Deflasi terakhir terjadi Februari 2022 lalu. Deflasi pada Agustus disebabkan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK), dari 111,80 pada Juli menjadi 111,57 pada Agustus.
Meski begitu secara tahunan angka inflasi masih cukup tinggi, Januari hingga Agustus 2022 menjadi sebesar 3,63 persen.
"Deflasi pada Agustus 2022 merupakan yang terdalam sejak September 2019 di mana terjadi deflasi sebesar 0,27 persen," kata Kepala BPS Margo Yuwono melalui berita resmi statistik.
Dari 90 kota IHK yang dipantau BPS di seluruh Indonesia sepanjang Agustus, 79 diantaranya mengalami deflasi dan 11 kota mengalami inflasi. Seluruh kota pemantauan di Sumatera mengalami deflasi, yang terbesar di Tanjung Pandan sebesar 1,65 persen. Semua kota pemantauan di Pulau Bali dan Nusa Tenggara juga mengalami deflasi, yang tertinggi di Singaraja sebesar -1,48 persen.
Di Pulau Jawa terdata sebagian mengalami deflasi dan sisanya mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Sumenep (-1,13 persen), sedangkan inflasi tertinggi di Surabaya (+0,26 persen).
Kondisi serupa terjadi di Kalimantan dan Sulawesi. Deflasi terbesar di Kalimantan berada di Sintang (-0,96 persen) dan inflasi tertinggi di Palangkaraya (+0,28 persen). Sedang deflasi terdalam di Sulawesi terjadi di Baubau (-0,71 persen) dan inflasi tertinggi di Luwuk (+0,54 persen).
Pulau Maluku dan Papua juga sebagian mengalami deflasi dan sebagian lagi inflasi. Tual tercatat mengalami deflasi terbesar (-0,91 persen) sedang inflasi tertinggi di Ambon (+0,82 persen).
“Secara nasional, inflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 0,82 persen dengan IHK sebesar 114,65 dan terendah di Bekasi sebesar 0,12 persen dengan IHK sebesar 113,74. Sedang deflasi tertinggi di Tanjung Pandan sebesar 1,65 persen dengan IHK sebesar 115,34 dan terendah terjadi di Depok dan Kediri masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 113,29 dan 111,01,” jelasnya.
Menurutnya, deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran. Yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,80 persen; kelompok transportasi sebesar 0,08 persen; dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,03 persen
“Diantara komoditas penyumbang deflasi adalah bawang merah, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng, dan daging ayam ras,” tambahnya.
Menurutnya, sejumlah komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai saat ini memasuki masa panen di beberapa sentra produksi. “Ini mempengaruhi inflasi dalam negeri,” tukasnya.
Komentar Via Facebook :