Berita / Lingkungan /
Minyak Jelantah Berakhir di Eropa
Jakarta, Elaeis.co - Minyak sisa penggorengan, jelantah, biasanya hanya menjadi limbah. Ibu rumah tangga enggan memakai kembali karena warnanya kehitaman. Alhasil, jelantah sering berakhir di selokan. Padahal, jelantah masih bisa dimanfaatkan, salah satunya diolah jadi bahan bakar kendaraan diesel.
Agar bermanfaat, sejak 2018 silam, Rumah Sosial Kutub menginisiasi gerakan sedekah minyak jelantah dan saat ini aksi itu sudah menyebar dari Jabodetabek ke Tegal, Cirebon, hingga Yogyakarta.
Tahun lalu, minyak jelantah yang terkumpul secara kolektif dari warga di Jabodetabek mencapai 100 ribu liter. Skema penjemputan minyak jelantah dilakukan sesuai pesanan. Masyarakat mengumpulkan minyak jelantah minimal lima jerigen ukuran 18 liter. Jika sudah penuh, petugas dari Rumah Sosial Kutub akan menjemput limbah tersebut.
Minyak jelantah yang terkumpul dari warga kemudian diekspor ke Eropa untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif berupa biodiesel 100 persen (B100). Duit hasil penjualan jelantah dipakai untuk program sosial pemberdayaan masyarakat, bantuan rumah ibadah, hingga santunan anak yatim piatu.
Kepala program sedekah minyak jelantah dari Rumah Sosial Kutub, Afiq Hidayatullah, mengatakan, harga minyak jelantah dibanderol Rp8.000 per liter. Setelah diolah menjadi B100 harganya naik menjadi Rp22.000 per liter. "Di Eropa sangat gencar penggunaan bahan bakar rendah emisi. B100 masuk dalam katagori emisi karbon paling rendah," katanya, seperti dikutip WE Online, kemarin.
Biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang terdiri dari campuran senyawa methyl ester dari rantai panjang asam lemak yang diperuntukkan sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel. Indonesia belum memanfaatkan potensi minyak jelantah secara maksimal untuk bahan baku pembuatan biodiesel, sejauh ini masih menggunakan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Implementasi kebijakan mandatori pemanfaatan bahan bakar nabati telah menciptakan pasar biodiesel di Indonesia yang tumbuh signifikan terhitung sejak awal riset pada 2008–2020. Data Kementerian ESDM mencatat, volume produksi biodiesel dalam negeri mencapai 8,5 juta kiloliter.
Tahun ini pemerintah menargetkan angka penyaluran biodiesel sebanyak 9,2 juta kiloliter yang bertujuan menjaga stabilitas harga sawit di dalam negeri. Keberhasilan implementasi biodiesel sekaligus menempatkan posisi Indonesia sebagai negara yang diperhitungkan dalam pasar biodiesel dunia melampaui Amerika Serikat, Brasil, hingga Jerman.
Komentar Via Facebook :