https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Moratorium Jadi Jembatan Petani Kembangkan Kelapa Sawit

Moratorium Jadi Jembatan Petani Kembangkan Kelapa Sawit

Ilustrasi petani sawit. Elaeis.co


Pekanbaru, Elaeis.co - Instruksi Presiden No.8/2018 tentang Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit Serta Peningkatan Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit (Moratorium) sejatinya telah berakhir pada 19 September 2021 kemarin. Namun hingga saat ini belum ada keterangan pasti apakah moratorium itu akan dilanjutkan atau malah dihentikan oleh Presiden Joko Widodo.

Sejak tiga tahun lalu, moratorium telah dijalankan dengan tujuan meningkatkan produktivitas kelapa sawit di Indonesia.

Berakhirnya kebijakan ini setakat ini tengah mendapat sorotan dari berbagai pihak. Tidak terkecuali Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO).

Menurut Ketua DPW APKASINDO Riau, Suher saat berbincang dengan Elaeis.co, moratorium adalah langkah yang diambil oleh negara untuk menahan pertumbuhan pengembangan lahan perkebunan kelapa sawit oleh perusahaan. Secara garis besar ini menjadi hal yang baik untuk menjaga supply Tandan Buah Segar (TBS) dan minyak sawit agar terjaga.

"Bukan hanya itu, dampak moratorium juga membuka ruang bagi petani untuk mengembangkan kebun sawitnya. Karena petani sawit tidak terkena moratorium sehingga membuat sawit semakin bermanfaat bagi masyarakat," tegasnya, Senin (20/09)

Sementara,  katanya lagi, dengan adanya moratorium perusahaan perkebunan sawit akan berusaha lebih baik untuk menjaga hubungan dengan mitra petani plasma dan KKPA nya. Sebab langkah tersebut dinilai sangat efisien agar perusahaan dapat meningkatkan produktifitasnya.

"Langkah ini juga berdampak dengan peningkatan pengelolaan sawit perusahaan dan petani. Bahkan juga lebih produktif dan mengikuti standar GAP untuk keuntungan bersama yang lebih besar," tuturnya.

Senada dengan itu, Sekwil DPW APKASINDO Riau, Djono menyebut moratorium adalah langkah yang baik untuk menjaga supply TBS dan CPO secara keseluruhan. Lantaran Indonesia sebagai produsen sawit terbesar dunia.

"Jika indonesia menjaga produksi tumbuh tidak terlalu eksponential, maka akan berpengaruh baik lagi bagi harga TBS petani. Karena semakin banyak orang yang membutuhkan minyak kelapa sawit sedangkan supply minyak sawit terbatas," bebernya.

Dengan demikian, kata Djono petani kembali akan diuntungkan dengan potensi harga yang akan meningkat. Bukan hanya petani, dampak ini juga akan dirasakan di lini industri. Tentu juga berdampak dengan perekonomian nasional.

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :