Jakarta, Elaeis.co - Sawit sejatinya adalah tanaman asli di bagian barat Benua Afrika seperti Liberia dan Nigeria. Keberadaan sawit menjadi salah satu faktor penyebab sehatnya fisik masyarakat di kawasan itu sejak dulu.

"Masyarakat di Afrika barat umumnya selalu sehat, kuat secara fisik. Bahkan, masyarakat di kawasan itu juga jarang yang sakit mata," kata Ketua Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI), Dr Darmono Taniwiryono, dalam webinar yang diadakan oleh Indonesian Gastronomy Association (IGC), Sabtu (30/10)2021) siang.

Menurutnya, kondisi fisik prima masyarakat Afrika Barat tidak datang begitu saja. Darmono bilang, ada kultur konsumsi minyak merah sawit atau red palm oil yang telah berlangsung selama ribuan tahun di Afrika Barat. “Kesehatan prima itu tidak datang dalam waktu singkat,” katanya.

Sayangnya, Belanda tidak memperkenalkan kultur konsumsi minyak merah sawit dari Afrika itu saat membawa sawit ke Indonesia. “Kalau mau bicara minyak sawit, sejatinya atau aslinya ya merah seperti di Afrika Barat. Bukan bening seperti sekarang yang dibuat untuk minyak goreng," kata Darmono.

Pola konsumsi minyak sawit yang terjadi di Indonesia saat ini justru tanpa sadar telah membuang banyak kandungan nutrisi dalam sawit.

“Tapi itu bisa dimaklumi, kolonial Belanda membawa sawit ke Indonesia bukan untuk kultur konsumsi atau bahan pangan seperti di Afrika Barat. Tapi untuk kepentingan dagang dan membiayai industri dalam negeri Belanda,” tukasnya.

Mengingat begitu banyaknya kandungan nutrisi, Damono menyarankan pemerintah menggunakan minyak merah sawit dalam mengatasi persoalan stunting atau kekurangan gizi yang mengakibatkan lambatnya pertumbuhan fisik anak.

"Pak Presiden Joko Widodo sendiri sangat concern dan tegas dalam mengatasi stunting ini. Beliau sudah menunjuk Badan Koordinasi Keluarga Bencana Nasional (BKKBN) untuk mengatasi stunting. Saya rasa minyak sawit merah bisa membantu pemerintah terkait masalah ini," tegasnya.