Berita / Serba-Serbi /
Pakar Universitas Swasta Tertua Indonesia Ini Sarankan Tanami Gandum di Lahan Sela Replanting Sawit
Semarang, elaeis.co – Ledakan impor gandum nasional yang tercatat hingga mencapai 11 juta ton tahun 2023 membuat akademisi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Ir. Djoko Murdono, MS angkat bicara. Menurutnya, untuk pemenuhan secara penuh tanpa bergantung dengan impor sangat sulit.
“Kalau dulu kebutuhan hanya 7 juta ton, itu saja sudah membutuhkan lahan sekitar 3,5 juta hektare. Sementara, lahan untuk pertanian pangan Indonesia tidak seluas itu dan tidak mungkin untuk membuka lahan besar-besaran, apalagi sekarang yang tercatat sampai 11 juta ton,” tutur Ir. Djoko Murdono, MS pada Sabtu, 21 Oktober 2023.
Maka, menurutnya, salah satu alternatif untuk dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor gandum di tengah kondisi geopolitik yang bergejolak adalah dengan memanfaatkan lahan replanting.
“Ada jutaan hektare lahan sawit, kalau saat replanting dimanfaatkan untuk ditanami tanaman pangan selama masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) kan lumayan,” katanya.
Namun, Djoko mengingatkan untuk melakukan pola tanam dengan baik, menyesuaikan dengan curah hujan dan kondisi tanah setempat.
“Jangan ditanami satu komoditas yang sama dalam setahun. Kalau setahun penuh 3-4 kali tanam yang sama tanah akan miskin dan hasil pasti menurun. Lebih baik dan sangat penting untuk melakukan pola tanam,” katanya.
Ia mencontohkan untuk daerah wilayah Kalimantan misalnya. Ia menyusun pola tanam berganti komoditi pangan.
“Semasa tanaman kelapa sawit belum menghasilkan bisa kita manfaatkan. Saya rancang misal untuk wilayah Lamandao, Kalimantan Tengah yang sudah saya amati curah hujan dan tanahnya. Januari-April tanam padi ladang umur pendek. Kemudian April-Juli tanam kedelai. Nah pada bulan Juli-Oktober barulah ditanami gandum. November-Januari tanam kacang hijau,” katanya.
Ketika ditanya apakah memungkinkan menanam secara estafet, ia mengatakan bahwa untuk proses pengolahan tanah cukup sekali saja.
“Selanjutnya biarkan mekanisme alami biologis yang mengolah tanah, baik organisme cacing maupun mikroorganisme. Tentunya ini ada cara dan tekniknya,” tutur dosen Agroteknologi salah satu universitas swasta tertua di Indonesia ini.
Komentar Via Facebook :