https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Terkait Swasembada Daging Sapi

Pakar Unpad: 'Tonas' Jangan Asal Ngomonglah...

Pakar Unpad:

Peternakan sapi di Pangkalan Bun Kalimantan Tengah. foto: ist


Jakarta, elaeis.co - Lelaki 67 tahun ini terang-terangan tidak berterima dengan omongan Ketua Komisi VI DPR, Aria Bima yang menyebut kalau 33 provinsi di Indonesia sudah swasembada daging. 

Bagi Rochadi Tawaf, omongan Aria itu menyesatkan, sebab menurut dia, penduduk Jakarta cuma 11 juta atau 4% dari total penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta orang. 

Artinya, kalau cuma Jakarta yang belum swasembada daging, maka sesungguhnya Indonesia sudah swasembada daging. 

"Tapi kenyataannya apa, dari tahun 1995 swasembada dicanangkan, sampai sekarang, sudah lebih dari 25 tahun, program itu boleh dibilang gagal total," tegas Sekjen Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) 2015-2020 ini, kepada elaeis.co, kemarin. 

Alasannya kata doktor studi pertanian Universitas Padjajaran Bandung ini, target yang dicapai enggak sesuai dengan yang diinginkan pemerintah. 

"Hasil yang ada hanya, harga daging sapi tetap tinggi, tiap tahun impor sapi dan daging sapi terus meningkat dan kesenjangan permintaan daging sapi dengan produksinya di dalam negeri semakin melebar," ungkap Dewan Pakar Pengurus Besar Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (PB ISPI) ini. 

Data BPS yang dianalisis oleh Qasa kata Rochadi menyebutkan bahwa laju permintaan daging sapi tumbuh 6,4% per tahun, sementara produksi dalam negeri cuma bisa tumbuh 1,3%.

Kalau misalnya ukuran swasembada daging kata anggota Komite Pendayagunaan Petani ini adalah kemampuan produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat secara nasional, memang ada Lampung,Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulsel sebagai daerah produsen. 

"Tapi kalau kita tengok populasi ternak per pulau, justru cuma Nusatenggara lah yang surplus. Artinya semua pulau di nusantara ini --- kecuali kepulauan Nusa Tenggara --- negatif (defisit) antara kebutuhan dan produksinya," Penasehat Pengurus Pusat Perhimpunan Ilmuwan Sosial Ekonomi Peternakan Indonesia (PP-PERSEPSI) ini mengurai.

Empat hari lalu, Aria Bima, politisi PDIP asal Semarang Jawa Tengah ini bilang bahwa 33 provinsi di Indonesia sudah swasembada daging dan omongan itu sudah pula dilansir detik.com

"Hanya Jakarta yang tidak swasembada, padahal kebutuhannya mencapai 70%. Enggak ada sapi dari kota atau kabupaten di Indonesia yang masuk Jakarta. Kalaupun ada, paling mau Idul Adha," begitu kata lelaki 55 tahun itu.

Sebetulnya kata Rochadi, pernyataan asal kayak begini bukan sekali ini saja terjadi. Lima tahun lalu Ketua MPR di masa itu pernah juga mengatakan bahwa harga daging sapi di Indonesia termahal di dunia. 

Padahal kalau ditengok data sebenarnya waktu itu, Indonesia justru berada di urutan ke 23 dan sekarang malah naik ke urutan 62 dunia soal harga daging sapi itu. 

"Jadi saya sangat berharap, saat membikin pernyataan, seorang tokoh nasional (tonas) sebaiknya pakai sumber data yang valid lah, kita punya sumber data yang akuntabel secara nasional kok; BPS," Rochadi bersaran.

Soalnya kalau tonas ngomong tanpa data akurat kata Rochadi, justru akan menurunkan kredibilitas ketokohannya. 

"Semoga apa yang saya bilang ini bisa meluruskan pernyataan tokoh tadi, biar pemerintah tidak salah mengambil kebijakan operasionalnya," Rochadi berharap. 



 

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :