Berita / Serba-Serbi /
Panas Bumi Ditawarkan Jadi Pengganti Batu Bara
Jakarta, Elaeis.co - Larangan ekspor batu bara dilakukan pemerintah selama Bulan Januari untuk mengamankan pasokan pembangkit listrik. Jika pasokan tak terpenuhi, tak kurang dari 10 juta pelanggan PLN mulai dari masyarakat umum hingga industri akan merugi.
Namun kebijakan itu memicu polemik di kalangan pengusaha batu bara.
Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) menilai polemik ini harus dijadikan momentum untuk mulai serius mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT), salah satunya panas bumi.
Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) berharap pengembangan panas bumi di Indonesia mulai ditingkatkan mengingat potensinya yang digadang-gadang sanggup menggantikan peran energi fosil. Khususnya sebagai supply base load, menurut API, rata-rata faktor ketersediaannya mencapai 95 persen.
Melihat potensi ini, empat Mahasiswa Universitas Pertamina asal Manado, Johanes Timothy Jeremy T, Chang Karsten Lee Sangkay, Serina Andiani Pongtuluran, dan Donovan Rendi Suherman, memberikan alternatif solusi eksplorasi lapangan panas bumi di salah satu daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Kami menawarkan konsep eksplorasi lapangan panas bumi untuk mengidentifikasi resource dan keekonomisan lapangan dengan mempertimbangkan aspek sosial. Misalnya, tetap menjaga kelestarian alam dan cagar budaya di sekitar lapangan eksplorasi,” kata ketua tim, Jeremy, lewat siaran pers yang diterima Elaeis.co, Sabtu (15/1).
Dengan integrasi studi geologi, geokimia, dan geofisika yang telah dilakukan tim, katanya, diperoleh potensi panas bumi di lapangan tersebut mencapai 250 MW.
“Secara sumber daya, lapangan ini sangat ekonomis untuk dikembangkan karena tipe reservoir-nya entalpi tinggi dan didominasi fasa air, sehingga berpotensi menghasilkan energi lebih tinggi dan ekonomis. Karenanya, kami merekomendasikan lapangan ini dikembangkan dengan enam sumur eksplorasi, delapan sumur produksi, enam sumur re-injeksi, dan 17 make-up well,” paparnya.
Secara ekonomis, lanjut Jeremy, pengembangan lapangan panas bumi ini membutuhkan investasi sebesar USD 3 juta untuk setiap MW listrik yang dihasilkan. Waktu balik modal selama 13 tahun, keuntungan bersih senilai 85 juta USD, dan Internal Rate of Return (IRR) mencapai 16 persen.
Solusi yang ditawarkan Jeremy dan timnya telah meraih juara 1 kategori Geothermal Competition di ajang Annual Petroleum Competition and Exhibition (APECX) 2021. APECX merupakan acara tahunan terbesar yang diselenggarakan oleh Society of Petroleum Engineers, Universitas Gadjah Mada (SPE UGM-SC). Juara 2 untuk kategori di ajang yang sama juga diraih oleh Tim dari Universitas Pertamina beranggotakan Nicolas Silaen, Trisha Amanda Beryll, Daffa Rizki Purnomo, dan Abraham Danofan Sembiring.
Diakui Jeremy dan tim, kehadiran Mata Kuliah Geologi Panas Bumi, Geokimia Panas Bumi, Eksplorasi Panas Bumi, Hidrologi Panas Bumi, Manajemen dan Keekonomian Energi, serta Magnetotellurik dan Gravity, sangat membantu tim dalam mengidentifikasi potensi dan menyusun solusi alternatif untuk pengembangan lapangan panas bumi tersebut.
“Selain itu, kami juga terbiasa melakukan kunjungan lapangan dan kunjungan industri khususnya ke fasilitas milik PT Pertamina (Persero). Untuk menyempurnakan hasil riset ini, kami juga banyak berkonsultasi dan dibimbing langsung oleh pekerja profesional dari PT Pertamina Geothermal Energy,” jelas Jeremy.
Selain dalam kategori Geothermal Competition, Universitas Pertamina juga menyabet Juara 1 di kategori Paper and Poster Competition dengan anggota tim Firman Cahya Putra Adistia, William Lim, dan Aufa Gothfan Bara.
Sementara tim beranggotakan Arief Akhmad Syarifudin, Christianov Agassi Batistuta Sumolang, Inggrialianthari, dan Rezkhi Trinugrahandini, juga berhasil meraih Juara 1 di kategori Case Study Competition.
Tak ketinggalan Tim besutan Mochamad Fa'iq, Abrar Laylramadhan, dan Muhammad Kenandipa Putrayanda, turut membawa pulang Juara 2 di kategori Drilling Fluid Competition. Total 5 tim dari Universitas Pertamina memborong piala di ajang kenamaan tersebut.
Di Universitas Pertamina, mahasiswa telah dibiasakan untuk berinovasi sejak dini. Selain melalui metode pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), mahasiswa juga sering kali dilibatkan dalam proyek penelitian gagasan para dosen. Disamping itu, dukungan untuk keterlibatan mahasiswa di berbagai ajang inovasi juga diberikan secara penuh. Melalui kegiatan magang, mahasiswa juga diberikan ruang berinovasi untuk memecahkan masalah ril yang terjadi di dunia usaha dan dunia industri.
Saat ini, kampus besutan PT Pertamina (Persero) tersebut kembali membuka pendaftaran Seleksi Nilai Rapor untuk Tahun Akademik 2022/2023. Pendaftaran telah dibuka pada tanggal 03 Januari hingga 13 Februari 2022 mendatang. Seleksi ini merupakan seleksi tanpa tes yang dapat diikuti oleh siswa SMA/sederajat lulusan tahun 2021 dan 2022. Informasi lengkap terkait program studi serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat diakses di laman https://universitaspertamina.ac.id/pendaftaran.
Komentar Via Facebook :