Berita / Sumatera /
Panen Perdana PSR di Sumsel, Mentan Nyanyi 'Indonesia Tanah Air Beta' Bersama Petani Sawit
Kayu Agung, elaeis.co - Dari panggung yang sengaja didirikan di kebun kelapa sawit yang baru berumur 29 bulan itu, gema lagu 'Indonesia Tanah Air Beta' berpendar ke mana-mana. Merasuk di hati ratusan orang yang hadir di sana.
Tak terkecuali Direktur Jenderal Perkebunan, Andy Nur Alam Syah, Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), Herman Deru, Direktur Tanaman kelapa Sawit dan Palma Lainnya, Ardi Praptono serta pejabat lainnya.
Memakai setelan kemeja putih celana hitam, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang memimpin lagu itu berkumandang.
Lelaki 68 tahun ini sengaja datang ke sana untuk panen perdana kelapa sawit program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Tahun 2020 lalu, Koperasi Bumi Jaya Desa Bumi Harapan Kecamatan Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Provinsi Sumsel kebagian program PSR seluas 1.157 hektar. Inilah yang dipanen perdana bekas Gubernur Sulawesi Selatan itu jelang siang tadi.
Luasan itu adalah bagian dari total 27.955 hektar luas kebun kelapa sawit yang telah menjalani program PSR di OKI. Angka itu membikin OKI menjadi kabupaten dengan PSR terluas di Indonesia.
Kalau ditotal se provinsi Sumsel, luas lahan yang sudah menjalani PSR mencapai 59.329 hektar. Angka ini pun membikin Sumsel menjadi provinsi dengan PSR terluas.
Oleh kenyataan itulah kemudian Syahrul mendorong Sumsel tampil menjadi daerah percontohan perkebunan kelapa sawit nasional.
Terlebih Sumsel --- Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin -- - adalah daerah pertama yang menjalani PSR. Presiden Jokowi yang langsung melakukan penanaman perdana.
"Ini sangat membanggakan dan dapat menjadi penyemangat bagi para pekebun sawit lainnya di Indonesia," Syahrul memuji.
Menteri Pertanian RI ke-28 ini juga mengapresiasi Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) yang telah menggagas konsep "Satu Sawit Indonesia Berkelanjutan".
Konsep adalah paket yang mampu mendorong tata kelola perkebunan kelapa sawit rakyat lantaran di sana ada paket program PSR, Sertifikasi ISPO, Sarana dan Prasarana (Sarpras), dan peningkatan kompetensi SDM.
"Konsep Satu Sawit ini melibatkan seluruh elemen dalam industri kelapa sawit melalui kerja inovatif dan kerja kolaboratif," katanya.
Ditjenbun juga kata Syahrul telah berhasil mendorong integrasi seluruh sistem berbasis spasial. Ini menjadi data induk yang bisa dipakai oleh pemerintah terkait sawit.
"Saya juga mengapresiasi kolaborasi antara Ditjenbun dan Direktorat Jenderal PSP dalam menginisiasi model taksi alat mesin perkebunan (Titan). Program ini diharapkan dapat menekan biaya usaha kelapa sawit seminimal mungkin," Syahrul berharap.
Di acara itu, Andi Nur Alam Syah pun cerita bahwa sejak awal tahun ini, Kementerian Pertanian telah melakukan langkah-langkah strategis untuk percepatan PSR.
Salah satunya adalah merevisi Permentan Nomor 03 tahun 2022 menjadi Permentan Nomor 19 tahun 2023. Perbaikan koordinasi lintas stakeholder juga dilakukan.
"Yang jelas, PSR itu enggak hanya sekadar mengganti tanaman tua, tapi PSR justru harus menjadi gerbang inovasi dan optimalisasi sumber daya lahan," pintanya
Lahan PSR kata lelaki 48 tahun ini bisa dioptimalkan dengan Tumpang Sari Tanaman Sela – Kesatria dan juga dengan ternak.
"Saya yakin PSR adalah lompatan yang luar biasa bagi pekebun sawit. Lantaran itu kita musti menjadikan PSR ini menjadi sebuah gerakan bersama untuk sebuah percepatan. Berikan kesempatan seluas-luasnya bagi petani sawit tanpa mengecilkan industri yang besar," katanya.
Soal Titan yang dibilang Syahrul tadi, Andi mengatakan bahwa nilai satu paket Titan untuk tiap luasan 200 hektar kebun sawit itu Rp3,1 miliar.
"Paket ini terdiri dari 1 unit TR4 90 HP, 2 unit TR4 55 HP, 100 unit alat panen (dodos), 100 unit alat panen (egrek) dan 10 unit alat angkut panen (Crawler Dumper)," Andi merinci.
Gubernur Sumsel, Herman Deru berterimakasih atas segala perhatian jajaran Kementan di Sumsel. Lelaki 55 tahun ini pun mengatakan siap melaksanakan arahan Syahrul, khususnya memperluas PSR di Sumsel.
Komentar Via Facebook :