Berita / Sumatera /
Pedagang Ini Mengaku Pernah Berdebat Soal Mana Menguntungkan Gambir atau Sawit
Limapuluh Kota, elaeis.co - Venus Dt. Padukak, pedagang pengumpul tandan buah sawit (TBS) di Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), mengaku pernah berdebat dengan seorang akademisi soal mana menguntungkan membudiyakan kelapa sawit atau gambir.
"Dasar saya tentu hanya pengalaman empiris, karena latar belakang keilmuan saya bukan di bidang pertanian," kata Dt. Padukak di Nagari Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, kepada elaeis.co, Minggu (12/2).
Sebelum menjadi pedagang pengumpul TBS, Dt. Padukak dikenal sebagai pedagang pengumpul gambir, yang sering pula memodali petani untuk mengolah lahan gambirnya.
Kepada akademisi itu, Padukak berpijak pada siklus panen buah kelapa sawit yang jauh berbeda dengan tanaman gambir, komoditas perkebunan yang menjadi andalan petani di daerah itu.
Dikatakan Dt. Padukak kepada akademisi dari sebuah perguruan tinggi terkemuka di Tanah Air itu, tanaman gambir hanya bisa diolah sekali dalam enam bulan atau sebanyak dua kali setahun.
"Kalau harganya di atas Rp100.000/kg, dengan siklus masa olah sebanyak itu mungkin memang menguntungkan membudidayakan tanaman gambir," kata Padukak.
Tapi faktanya, menurut Dt. Padukak, nilai jual gambir Rp100.000/kg di tingkat pedagang pengumpul sangat jarang di atas Rp100.000/kg. "Yang tersering hanya di bawah Rp50.000/kg," terangnya.
Untuk kondisi beberapa tahun terakhir harga gambir mulai agak sedikit membaik, yaitu Rp.35.000/kg. Angka itu bergerak dari sebelumnya hanya Rp22.000/kg.
Berbeda dengan kelapa sawit, tambah Dt. Padukak kepada akademisi itu, siklus masa panennya cukup rapat, yaitu bisa dipetik sekali dalam 15 hari.
Dalam kalkulasi Dt. Padukak, bertahan saja harga TBS sawit di atas Rp1.500/kg di tingkat pedagang pengumpul, sudah memberi nilai tambah berarti bagi perekonomian para petani.
Komentar Via Facebook :