https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Pelindo Kembangkan Pelabuhan yang Terintegrasi dengan Kawasan Industri

Pelindo Kembangkan Pelabuhan yang Terintegrasi dengan Kawasan Industri

Di JIIPE, kawasan industri terintegrasi dengan pelabuhan dan kawasan permukiman. foto: Pelindo


Jakarta, elaeis.co - PT Pelabuhan Indonesia (Persero)/ Pelindo terus mengembangkan pelabuhan yang terpadu dengan kawasan industri (hinterland). Pengembangan ini dilakukan melalui pembangunan pelabuhan yang langsung terhubung dengan kawasan industri atau dengan menciptakan well-connected ecosystem melalui pembangunan infrastruktur jalan tol dan menyediakan alternatif multimoda misalnya kereta api, untuk memperlancar arus barang dari pelabuhan ke kawasan industri dan sebaliknya.

“Pelabuhan memiliki peran strategis dalam mata rantai layanan logistik nasional. Sebagian besar pelabuhan di Indonesia merupakan gateway, artinya pelabuhan sangat bergantung pada permintaan dari industri, sehingga Pelindo tidak hanya berperan secara pasif tapi juga proaktif berperan sebagai traffic creator. Dengan kolaborasi itu, pelabuhan dapat menjadi pusat kegiatan ekonomi yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” jelas Direktur Utama PT Pelindo, Arif Suhartono, dalam siaran pers Senin (6/11).

Untuk mencapai tujuan tersebut, Pelindo menjalin kolaborasi dengan sejumlah pihak. Misalnya, menggandeng AKR Corporindo Tbk. di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.  

Di JIIPE yang ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pada 2021, kawasan industri terintegrasi dengan pelabuhan dan kawasan permukiman. Dari luasan 3.000 hektare, 1.761 hektare untuk kawasan industri, 406 hektare untuk pelabuhan, dan sisanya permukiman. Salah satunya industri di JIIPE adalah pabrik pemurnian logam (smelter) milik PT Freeport Indonesia. Pabrik dengan kapasitas pengolahan konsentrat sebesar 1,7 juta ton per tahun ini dibangun di atas lahan 100 hektare dengan total investasi US$3 miliar atau sekitar Rp45 triliun.

Pelindo juga mengembangkan pelabuhan lain yang terintegrasi dengan kawasan industri, yakni Pelabuhan Kuala Tanjung di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara. Pelabuhan ini hanya berjarak 2 km dengan Kawasan Industri Kuala Tanjung yang dikelola PT Prima Pengembangan Kawasan, anak perusahaan PT Subholding Pelindo Solusi Logistk (SPSL).  

Pelabuhan Kuala Tanjung juga terhubung dengan KEK Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun melalui jalan tol dan jalur kereta api. Pelindo, bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI), dan PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) membangun jalur kereta api sepanjang 42 km. Transportasi melalui kereta api ini akan memangkas waktu tempuh menjadi 30-40 menit. Sebelumnya, Sei Mangkei-Kuala Tanjung ditempuh lebih dari satu jam.

Anak usaha PTPN III, PT Industri Nabati Lestari (INL) yang berlokasi di Sei Mangkei akan menjadi salah satu pemasok utama Kuala Tanjung Multi Purpose Terminal. Setiap hari, PT INL mengirim sekitar 1.500 ton minyak goreng ke Kuala Tanjung, 90 persen di antaranya diekspor, utamanya ke India. Selain itu, ada PT Unilever Tbk. yang mengirim semifinished product seperti bahan baku sabun dan kosmetik ke Kuala Tanjung sekitar 36 x 20 Teus per hari.

Pelabuhan yang berada di alur pelayaran utama Selat Malaka ini merupakan alternatif bagi Pelabuhan Belawan, Medan. Jarak Sei Mangkei ke Belawan lebih dari tiga kali lipat jarak ke Kuala Tanjung. Pelabuhan ini juga dirancang sebagai pusat kegiatan barang curah dan pusat rantai pasok (bulk logistic and supply chain hub).  

Pelindo juga menggeber pengembangan Terminal Kijing yang berlokasi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Pelabuhan yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 9 Agustus 2022 ini merupakan alternatif dari Pelabuhan Pontianak yang sudah sulit dikembangkan karena keterbatasan lahan.  

Pada tahap awal, pelabuhan yang dibangun di atas lahan 200 hektare ini sudah memiliki dermaga 1.000X100 m, Port Management Area (200X100 m), trestle sepanjang 3,45 km dengan lebar 19,8 meter, terminal petikemas dengan kapasitas 500 ribu TEUs per tahun, dan terminal multipurpose berkapasitas 500 ribu ton per tahun. Sedangkan kawasan industri yang sudah siap dipasarkan seluas 130 hektare.

Untuk pengembangan Terminal Kijing dan Kawasan Industri di Mempawah ini, Pelindo membuka peluang kerja sama dengan pihak eksternal. Potensi pengembangan kawasan industri ini sangat besar.  

Selain CPO dan produk turunannya, Kalimantan Barat merupakan daerah dengan cadangan bauksit sebesar 840 juta ton, 67 persen dari cadangan nasional. Saat ini, PT Antam (Persero) Tbk., sedang menyelesaikan pembangunan smelter di kawasan industri di Mempawah ini.

Pengembangan pelabuhan yang terintegrasi dengan kawasan industri merupakan salah satu upaya Pelindo untuk memangkas biaya logistik. Kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan akan memotong ongkos transportasi, sekaligus mempercepat arus barang dari dan menuju pelabuhan. Selain itu, pengembangan kawasan industri akan meningkatkan serapan tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.


 

Komentar Via Facebook :