Berita / Sumatera /
Pemasaran Pupuk Organik untuk Sawit masih Terkendala Paradigma Petani
Kampar, elaeis.co - Direktur Utama (Dirut) PT Arthasiddi Sukses Anugerah, Kevin Ananta Kurniawan, mengatakan kendala utama pemasaran pupuk organik terletak pada paradigma lama yang masih dipelihara oleh sebagian besar petani.
"Masih banyak petani beranggapan, kalau kebun sawitnya belum mendapat pupuk kimia berarti belum dilakukan pemupukan," ujar Kevin kepada elaeis.co melalui sambungan telepon, Jumat (28/4).
Padahal, menurut Kevin, dalam banyak hal pupuk organik memiliki nilai lebih dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia. "Bicara soal hasil, satu misal, hampir sama saja," ungkapnya.
Sementara di segi harga, Kevin mengklaim menggunakan pupuk organik jauh lebih murah dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia. "Selisih harganya cukup signifikan," tandasnya.
Yang paling membanggakan, menurut Kevin, penggunaan pupuk organik sebagai salah satu upaya untuk menciptakan sistem pertanian berkelanjutan. "Karena sama sekali tidak merusak tanah," sebutnya lagi.
Akibat paradigma petani yang belum berubah itu, menurut Kevin, produk pupuk organik yang dihasilkan pabrik yang ia kelola, yang diberi nama dengan Ultra Stron9, belum bisa berproduksi optimal.
"Paling angka produksi yang terisi antara 20 sampai 40 persen dari kapasitas produksi sebanyak 250 ton/bulan," terangnya.
Ultra Stron9 merupakan pupuk organik yang material utamanya terbuat dari sisa pabrik pengolahan minyak kelapa sawit (PMKS), yaitu abu janjang kosong kelapa sawit dan decanter solid yang difermentasi dan diperkaya dengan mikroorganisme yang menguntungkan.
Berlokasi di Desa Bukit Sakai, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, menurut Kevin, pabrik itu mempekerjakan sebanyak 25 orang tenaga kerja, yang sebagian besar merupakan warga tempatan.
Pabrik itu sendiri mulai berdiri sejak 2019, dan terhitung sejak 2021 mulai melemparkan produknya ke pasar. "Sejauh ini pemasarannya sudah menjangkau 11 kabupaten/kota di Riau," terangnya.
Dijelaskan Kevin, kendati sudah tergolong lama beroperasi, pendapatan usaha yang ia kelola sangat fluktuatif.
Dikatakan, ketika musim trek tiba di mana perkebunan kelapa sawit mengalami penurunan produksi, "Bukan tidak mungkin dalam kondisi itu kita mengalami kerugian."
Berbeda bila tanaman kelapa sawit berproduksi normal, menurut Kevin, ini saat bagi perusahaan untuk meraup keuntungan.
Kevin mengaku pihaknya masih dituntut bekerja ekstra keras untuk lebih memperkenalkan pupuk organik ke petani. "Kita suap untuk itu," tandasnya.
Sebab, Kevin yakin, seiring dengan perjalanan waktu, pada saatnya petani akan bisa mengubah paradigma dalam penggunaan pupuk, dan memilih pupuk organik untuk mendukung usaha taninya.
Komentar Via Facebook :