https://www.elaeis.co

Berita / Iptek /

Pembuktian Dari Sudut Katamso #2

Pembuktian Dari Sudut Katamso #2


"Kami melakukan dyno test di Jakarta. Hasilnya power mobil yang menggunakan bahan bakar B50 lebih rendah 4 persen dibanding kendaraan yang menggunakan B20 (biosolar)," kata doktor jebolan University Of Tsukuba Jepang ini saat sudah ngobrol santai di ruang kerjanya di komplek PPKS di kawasan jalan Brigjen Katamso Medan di hari yang sama.

Lebih jauh lelaki 41 tahun ini merinci, saat akan menjalankan road test, tanki bahan bakar Inova type G dijejali B50. Untuk 100 liter B50, Anshori mencampur 37,5 liter biodiesel dan 62,5 liter biodiesel komersil (B20). "Pencampuran dilakukan di dalam tanki bahan bakar mobil," terangnya.

Setiap 500 kilometer, dilakukan pengecekan emisi gas buang sekaligus pergantian pengemudi. "Saya merasakan mesin yang memakai B50 lebih respon dan saat digas tinggi, tidak mengeluarkan asap hitam," Sidik Purnomo cerita lagi.

Lalu hasil lain, "Kita tengok ini rerata emisi gas buang Nitrogen Oxida (Nox). Mobil B20 Nox nya 41 ppm dan B50 33 ppm. Kemudian rerata emisi gas buang Carbon Monoxida (CO), B20 189 ppm dan B50 210 ppm. Hanya saja untuk bahan bakar, B20 bisa mencapai 10,86 kilometer perliter dan B50 hanya 10,61 kilometer perliter," terang Ansori.

Namun soal apa yang selama ini dikhawatirkan orang jika mobil memakai bahan bakar B50 akan bermasalah saat berada di dataran tinggi, Anshori langsung membantah. 

"B50 sangat recommended untuk dataran tinggi. Sebab setelah diteliti, cloud point (titik embun) B50 hanya terjadi pada saat suhu berada di minus dua derajat celcius. Tapi kalau kita memakai B100, cloud point nya berada di angka 13 derajat celcius," katanya. 

B50 kata Anshori bisa untuk kendaraan apa saja, yang penting saluran bahan bakar kendaraan itu tidak memakai karet alami. "Sifat metilester yang ada di B50 adalah pelarut. Dia akan melarutkan bahan karet alami, tapi kalau karet sintetis, enggak," katanya.

Jadi secara keseluruhan kata Kepala Bidang Penelitian PPKS, DR. Suroso Rahutomo, B50 sangat potensial.  "Sebagai lembaga penelitian, kita sudah siapkan B50. Bahwa B50 ini sangat potensial, iya. Soal B50 ini akan dipakai oleh masyarakat umum, semuanya tergantung pemerintah. Sebab eksekusinyakan tetap di pemerintah," kata Suroso di ruang kerjanya Senin sore akhir Januari 2019 itu. Lelaki ini ditemani Ansori dan Kepala Peneliti Sosial Tekno Ekonomi PPKS, Ratnawaty Nurkhoiry.

Bersambung....


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :