Berita / Sumatera /
Pemprov Bengkulu Ajak Petani Budidaya Sorgum Sebagai Tanaman Sela Program Peremajaan
Bengkulu, elaeis.co - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu meminta petani sawit untuk mengembangkan tanaman sorgum di sela-sela tanaman sawit yang sedang diremajakan, guna menjaga pasokan pangan, sekaligus alternatif pangan pokok di daerah.
Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Ir Ricky Gunarwan, integrasi tanaman sorgum dan kelapa sawit bisa menjadi komoditas strategis serta sebagai alternatif pangan pokok.
Sebab, sorgum merupakan komoditas penting yang bisa digunakan sebagai bahan makanan pengganti gandum.
"Selama ini, petani sawit di Bengkulu tidak memanfaatkan lahan yang tengah peremajaan untuk tanaman lain. Padahal bisa ditanam sorgum. Kalau ada sorgum di daerah kita, tidak perlu lagi impor gandum," kata Ricky, kemarin.
Padahal jika dipikir-pikir, lanjut Ricky, menanam sorgum bisa memberikan keuntungan besar bagi petani. Dimana dalam satu hektare saja bisa menghasilkan 8 hingga 9 ton.
Sementara harganya, per September 2022 mencapai Rp3.500/kg. Artinya dalam sekali panen, petani bisa mengantongi duit Rp28 hingga Rp31,5 juta.
"Harga segitu belum diolah jadi biji kering. Kalau diolah lagi, harganya bisa mencapai Rp15 ribu/kg. Tapi memang, harga sorgum tergantung jenis varietasnya," tutur Ricky.
Melihat potensi yang cukup baik ini, Ricky berharap para petani sawit di Bengkulu bisa membudidayakan tanaman tersebut. Sebab bagaimanapun, sorgum adalah tanaman asli Indonesia yang mudah ditanam dilahan kering sekalipun.
"Sorgum merupakan tanaman asli Indonesia yang tidak membutuhkan banyak air, penumpukan lebih sedikit dan batang serta daunnya juga bisa dimanfaatkan untuk gula serta pakan ternak. Maka itu mari kita budidayakan kembali tanaman ini," ujar Ricky.
Belum lagi lanjutnya, saat ini permintaan sorgum di dalam negeri cukup tinggi mengingat harga gandum terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan akibat konflik Rusia-Ukraina.
"Pokoknya budidaya tanaman ini tidak ada ruginya. Apalagi saat ini permintaanya di Indonesia cukup tinggi akibat naiknya harga gandum di pasar Internasional," ujarnya.
Komentar Via Facebook :