https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Pendidikan Anak hingga Duit Dapur pun Bergantung Dari Sawit

Pendidikan Anak hingga Duit Dapur pun Bergantung Dari Sawit

Syamhadi foto bersama dengan keluarganya. (Ist)


Bengkulu, elaeis.co - Bagi H Syamhadi, Hari Anak Nasional pada 23 Juli 2022 kemarin tidak begitu spesial di tengah anjloknya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit.

Bagiamana tidak, sebagai orang tua dengan tiga orang anak, hanya kelapa sawit menjadi sumber utama perekonomian lelaki 56 tahun tersebut.

Memang, dari tiga orang itu satu di antaranya sudah menikah. Sementara dua lagi masih menempuh pendidikan yang saban bulan mengeluarkan duit cukup besar.

Anak nomor dua Syamhadi, Fadlan Iqbal Fathoni (23), saat ini sedang menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) di Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE) di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. 

Sementara anak ketiganya, Ainun Azizah (22) saat ini sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Bengkulu (UNIB) Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (Biologi FMIPA) UNIB.

"Biaya keluar tiap bulan sangat besar. Dengan harga TBS kayak sekarang ini, agak ngos-ngosan juga," kata warga Desa Karya Mulya, Kecamatan Pondok Suguh, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu ini saat berbincang dengan elaeis.co, kemarin.

Untungnya, lanjut Syamhadi, saat harga TBS moncer lima bulan lalu, ia dan istrinya pandai menabung tidak foya-foya. Dia sangat cegatan menyisipkan dana setiap kali panen di kebun sawit miliknya seluas 20 hektare.

"Kalau tidak seperti itu, mungkin kami sudah kewalahan dengan kondisi harga TBS saat ini. Tapi, kalau kondisi harga kayak gini terus, saya khawatir juga keberlangsungan pendidikan anak-anak saya," ujarnya.

Menurutnya, harga TBS kelapa sawit saat ini sudah sangat menyedihkan. Bahkan duit yang didapat setiap kali panen, tidak bisa menutupi biaya operasional.

"Dengan biaya hidup sehari-hari saja sudah tidak imbang lagi. Kalau dipikir-pikir, kondisi sekarang ini berbeda jauh dengan tahun 5 tahun lalu. Sebab, walaupun kala itu harga TBS cuman Rp1.200/kg, tapi harga kebutuhan pokok masih terjangkau. Begitu juga pupuk, harganya masih murah," kata dia.

Beda halnya dengan saat ini, harga TBS murah namun harga kebutuhan pokok dan pupuk melambung tinggi. Syamhadi berharap agar permasalahan harga TBS ini tidak berlarut-larut. Pemerintah harus mengambil langkah cepat untuk segera menstabilkan harga TBS. 

"Kalau masalah perawatan kebun, mungkin masih bisa kita akali. Tapi kalau sudah berhubungan dengan perut dan pendidikan anak, ini ancaman besar baik bagi kami dan masalah serius bagi pemerintah," pungkasnya.

Komentar Via Facebook :