Berita / Nusantara /
Peneliti BRIN Telaah Keberlanjutan Nelayan dan Kebun Sawit Rakyat di Bengkulu, Begini Hasilnya
Jakarta, elaeis.co - Periset Badan Riset dan Industri Nasional (BRIN) Gita Mulyasari mengungkapkan, Bengkulu memiliki topografi yang sangat lengkap sehingga potensi pertanian dan perikanan di sana sangat besar. Namun Bengkulu menjadi daerah termiskin nomor 2 di Pulau Sumatera, dan termiskin nomor 7 di Indonesia.
"Jadi, dari segala potensi yang besar ini, belum mampu meningkatkan ekonomi di Provinsi Bengkulu. Nelayan di Bengkulu juga sangat identik dengan kemiskinan, karena nelayan sangat dipengaruhi oleh climate change di mana daerah Bengkulu ini merupakan pusat iklim dunia," kata Gita pada acara 'Kuliah Tamu - Monitoring dan Evaluasi Berjalan untuk seluruh kegiatan Postdoctoral dan Visiting Researchers' yang digelar Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PR SPBPDH) BRIN.
Lebih lanjut dia memaparkan, kemiskinan nelayan perikanan tangkap dipengaruhi oleh 3 dimensi. Yaitu kesehatan, edukasi, dan standar hidup. Di mana dari sisi kesehatan terdapat indikator yang mempengaruhi yaitu nutrisi dan mortalitas anak. Dari sisi edukasi, indikator yang mempengaruhi adalah tahun bersekolah (lama sekolah) dan kehadiran di sekolah. Sedangkan dari sisi standar kehidupan, dipengaruhi oleh indikator seperti bahan bakar untuk memasak, sanitasi, air bersih, listrik, dan kepemilikan aset.
Selanjutnya, Gita membahas keberlanjutan sektor strategis di Provinsi Bengkulu mengenai perikanan tangkap dan perkebunan kelapa sawit rakyat. Salah satu masalah penting yang dihadapi dalam pembangunan ekonomi adalah bagaimana menghadapi trade-off antara pemenuhan kebutuhan pembangunan di satu sisi dan upaya mempertahankan kelestarian lingkungan di sisi lain.
Pembangunan ekonomi yang berbasis sumber daya alam yang tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan pada akhirnya akan berdampak negatif pada lingkungan itu sendiri. Karena pada dasarnya sumber daya alam dan lingkungan memiliki kapasitas daya dukung yang terbatas. Pembangunan berkelanjutan adalah sebagai upaya manusia untuk memperbaiki mutu kehidupan dengan tetap berusaha tidak melampaui ekosistem yang mendukung kehidupannya.
Dari sektor perikanan tangkap skala kecil, Gita melakukan penelitian untuk menganalisis status keberlanjutan dan dimensi keberlanjutan usaha perikanan tangkap skala kecil di Provinsi Bengkulu. Sedangkan dari sektor perkebunan kelapa sawit rakyat, tujuannya adalah untuk menganalisis Social-Life Cycle Assessment (S-LCA), status keberlanjutan, dan dimensi keberlanjutan perkebunan kelapa sawit rakyat di Provinsi Bengkulu.
Dalam paparannya, Gita menjelaskan bahwa dimensi keberlanjutan perikanan tangkap terdiri dari dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dan dimensi sosial. Keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil, terdiri dari dimensi teknologi dan dimensi kelembagaan.
Kemudian, Gita menyampaikan dimensi keberlanjutan dari perkebunan kelapa sawit rakyat, terdiri dari dimensi lingkungan, dimensi ekonomi, dan dimensi sosial.
"Berbeda dengan nelayan, S-LCA perkebunan kelapa sawit rakyat dipengaruhi oleh fluktuasi harga TBS. Nelayan lebih kompleks dan sangat bergantung dengan kondisi iklim dan cuaca," jelasnya.
Status keberlanjutan perkebunan kelapa sawit rakyat hanya dimensi ekonomi yang menunjukkan berkelanjutan, sedangkan dimensi lingkungan dan ekonomi memiliki status cukup berkelanjutan. "Semua data tersebut didapatkan dengan metode penelitian multidimensinal scale method," ungkapnya.
Komentar Via Facebook :