Berita / Dewandaru /
Penetrasi Pasar
Wayan Supadno. foto: dok. pribadi
Di dalam menjalankan sebuah usaha industri, agar tetap berjalan, dibutuhkan sebuah keseimbangan. Keseimbangan antara mutu maupun jumlah produksi dengan keterampilan maupun percepatan jual produknya.
Ini juga berlaku pada dunia riset/penelitian. Agar berimbang antara jumlah invensi dengan jumlah yang sudah terkomersialisasikan (komersilkan) agar jadi inovasi yang berdaya guna bagi pengguna serta tercipta laba bagi inovatornya.
Kedua ruas ini sama pentingnya, ruas produksi dan ruas komersialisasi. Keduanya sama sulitnya dan ilmunya beda sekali. Tapi saling melengkapi.
Akan sia - sia belaka dan bisa jadi berhenti produksi jika tanpa mampu memasarkan agar tetap berkelanjutan.
Bisa kita bayangkan jika kita hanya mampu memproduksi mutu bagus dengan jumlah banyak sekalipun karena bahan bakunya berlimpah.
Tapi jika tidak bisa terjual, tidak dihargai pasar, lalu arus kas tidak lancar, Laba tidak tercetak.
Maka cepat atau lambat akan berhenti produksi karena kelelahan kehabisan logistik bekal produksi.
Jika itu sebuah industri, jadi masalah sendiri; ditutup usaha pabriknya. Jika itu petani, maka bisa kapok atau dismotivasi bertani.
Contoh;
Tiap hari di Pasar Induk Paskomnas Tangerang Banten 1 cabang saja ada 70 ton sayur dan buah terbuang jadi sampah akibat tidak diserap pasar. Padahal punya 6 cabang. Berapa banyak total produknya hanya jadi limbah selama setahun akibat gagal penetrasi pasar?
Di dalam upaya memasarkan produk banyak strategi, taktis dan teknisnya. Begitu juga di dalam hilirisasi hasil inovasi. Semuanya tidak mudah. Butuh ilmu dan pengalaman waktu panjang.
Berikut sedikit pengalaman saya. Strategi frontal, melambung dan gerilya. Begitu juga taktisnya karena sentuhan mikro emosional berdanpak pada makro rasional. Monggo disimak detailnya pada video berikut: Penetrasi Pasar ala Wayan Supadno








Komentar Via Facebook :