https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Pengepul Mengeluh, Biaya Angkut Sawit Meroket

Pengepul Mengeluh, Biaya Angkut Sawit Meroket

Angkutan TBS antre menunggu masuk PKS. Foto: Sangun/elaeis.co


Bengkulu, elaeis.co - Sejak pemerintah melarang kendaraan angkutan kelapa sawit membeli bahan bakar minyak (BBM) jenis solar subsidi, biaya angkut sawit di Bengkulu melonjak tajam.

Salah satu pengepul dan pemilik loading ramp di Kabupaten Bengkulu Tengah, Berlian Utama mengatakan, biaya angkut tandan buah segar (TBS) ke pabrik kelapa sawit (PKS) sebelumnya hanya kisaran Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu sekali jalan. Namun, setelah larangan penggunaan solar subsidi diberlakukan, biaya angkut naik menjadi Rp 1 juta lebih untuk satu kali pengiriman TBS ke PKS.

"Satu kali pengantaran TBS butuh solar sampai 60 liter. Karena kami dilarang pakai solar subsidi, jadi harus pakai dexlite yang harganya Rp 17.800 per liter. Makanya total biaya beli BBM mencapai Rp 1 juta lebih," katanya, kemarin.

Dia mengaku tidak bisa menghindari naiknya pengeluaran untuk biaya angkut. "Sangat memberatkan sebenarnya. Tapi kalau tidak segera diantar ke PKS, maka buah sawit yang sudah terkumpul akan busuk," sebutnya.

Baca juga: Tak Tahan Bersaing Dengan Tukang Langsir, Terpaksa Beli Solar Ketengan

Dia menilai kenaikan biaya transportasi tidak sebanding dengan harga TBS. Sampai sekarang PKS membeli sawit di bawah harga yang ditetapkan pemerintah.

"Yang kami pikirkan bukan cuma biaya transportasi. Ada juga pengeluaran untuk uang makan dan biaya lainnya bagi karyawan yang mengantar. Makanya harga TBS kelapa sawit sebesar Rp 1.600/kg dari pabrik sangat tidak wajar. Kami tak dapat untung lagi," ucapnya.

"Inilah yang memberatkan kami sebagai pengepul buah kelapa sawit. Satu karyawan itu Rp 2 juta dibayar dua minggu sekali. Belum lagi minyak mobil untuk menjemput dari petani dan biaya perawatan. Rasanya makin sulit saja," tambahnya.

Yang membuatnya makin kesal, saat ini sangat sulit mendapatkan BBM.

"Truk dan pick up pengangkut sawit harus bergantian beroperasi. Sebab untuk mendapatkan dexlite pun susah, kami harus antre berjam-jam. Cobalah pemerintah memikirkan kami," tutupnya.
 

Komentar Via Facebook :