https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Pengusaha Kena Cubit di Peringatan Hari Sawit

Pengusaha Kena Cubit di Peringatan Hari Sawit

Sekda Aceh Tamiang, Drs Asra, membagikan secara simbolis STDB kepada sejumlah petani sawit swadaya (Hendrik/Elaeis.co)


Kuala Simpang, Elaeis.co - Seluruh stakeholder sawit di Aceh memperingati ulang tahun ke-110 Sawit Indonesia di Lapangan Kebon Desa Karang Baru, Kecamatan Semadam, Kabupaten Aceh Tamiang, Kamis (18/11/2021) siang.

Dalam acara itu Sekda Aceh Tamiang Drs Asra mewakili Bupati Mursil menyerahkan secara simbolis 5.000 surat tanda daftar budidaya (STDB) ke para petani sawit swadaya di Aceh. Surat tersebut diharapkan memudahkan mereka mengikuti proses sertifikasi RSPO dan ISPO serta kebutuhan lain yang terkait dengan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan.

Saat itu menyampaikan kata sambutan, Asra melontarkan sentilan bertubi-tubi kepada sejumlah pengusaha yang hadir dalam acara itu. "Kami lihat truk yang mengangkut sawit terus lewat. Ada yang dari Aceh ke Medan, dan juga sebaliknya. Di saat yang sama jalan dan jembatan kami banyak yang rusak," katanya.

Dia tidak menuduh kerusakaan itu karena dilewati truk sawit. Namun, katanya, Pemkab Aceh Tamiang membutuhkan peran serta aktif para pengusaha dalam bentuk kontribusi terhadap perbaikan jalan dan jembatan. “Apalagi saat ini anggaran pemkab banyak tersedot untuk mengatasi pandemi Covid-19,” tukasnya.

 Tak cukup sampai di situ, dia juga mengkritik harga tandan buah segar (TBS) yang jauh berbeda antara Aceh, termasuk Aceh Tamiang, dengan Sumatera Utara.

"Malam hari saya dapat SMS harga TBS di Tamiang, misalnya tertulis Rp 2.500/kg. Tapi pagi harinya saya dapat info kalau harga TBS di Sumut sudah tembus Rp 3.000/kg," kata Sekda.

Ia meminta pengusaha sawit untuk membuka mata atas perbedaan harga TBS yang sangat mencolok itu. Baginya, perbedaan harga ini merupakan bentuk diskriminasi terhadap TBS produksi petani sawit di Tamiang.

"Padahal perkebunan sawit di Aceh Tamiang sangat dominan. Sawit di Indonesia juga awalnya dilahirkan di Sungai Liput, Aceh Tamiang. Tapi yang kami rasakan justru ada diskriminasi harga," ucapnya.

Dia tak lupa meminta pihak pengusaha agar melakukan edukasi ke petani sawit swadaya supaya mampu melawan black campaign yang dilakukan pihak anti sawit.

“Petani sawit tak punya sumber daya dan pengetahuan yang cukup untuk melawannya. Makanya dibutuhkan pembinaan dari pengusaha sawit, edukasi petani bagaimana praktik budi daya yang baik atau good agriculture practice (GAP),” harapnya.

Di bagian akhir pidatonya, Asra meminta pengusaha sawit agar tidak lupa memberikan sedekah kepada masyarakat. "Berikan sedekah itu di tempat berinvestasi, jangan dikasih ke luar daerah, karena sedekah yang begitu juga tak dibenarkan dalam agama," tandasnya. 


 

Komentar Via Facebook :