Berita / Nusantara /
Peniadaan PE Sudah Mulai Berdampak
Jakarta, elaeis.co - Pemerintah saat ini tengah meniadakan Pungutan Ekspor (PE). Kebijakan ini rencananya akan dilangsungkan hingga akhir Agustus mendatang.
Menurut Ketua DPD I Aspek-PIR Riau, Sutoyo kebijakan ini tepat diberlakukan dengan tujuan memperbaiki harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Indonesia. Ia juga tak menampik jika sudah ada dampak positif yang ditimbulkan sejak diberlakukan secara resmi beberapa waktu lalu.
"PE 0 sudah langsung menaikkan harga CPO domestik, harga lelang Senin (18/7) kemarin sudah berada diangka Rp 9250/kg. Sebelumnya hari Jumat hanya Rp7921/kg. Artinya ada kenaikan 16,78 persen," ujarnya saat berbincang bersama elaeis.co, Selasa (19/7).
Ia berharap, kebijakan ini mampu terus meningkatkan harga TBS minimal bertengger diangka Rp1.800/kg. Dengan begitu kondisi ekonomi perkebunan kelapa sawit menjadi normal, hingga perekonomian juga membaik secara nasional.
"Perekonomian masyarakat beberapa bulan belakang sangat terdampak. Semoga dengan kebijakan ini kembali membaik," ujarnya.
Sebelumnya Ketua Umum DPP Aspek-PIR Indonesia, Setiyono kepada elaeis.co juga mengatakan hal itu merupakan bukti pemerintah merespon permintaan petani. Terutama di sisi ekspor CPO yang saat ini masih tersendat. Sebab dampaknya pabrik kelapa sawit (PKS) tidak melakukan pembelian TBS petani dengan harga sesuai dan maksimal.
"Bagus ini, meski hanya dua bulan ini langkah yang bagus," katanya.
Tetapi Setiyono juga menyoroti terkait ilustrasi penerimaan BPDPKS dimana alokasi anggaran untuk petani jauh lebih kecil ketimbang untuk program biodiesel. Ia menyayangkan hanya ada sekian persen saja dibandingkan program biodiesel tadi.
"Ini sudah terlanjur terjadi. Tetap saja jika CPO lancar maka yang diuntungkan tetap pihak perusahaan. Dampak terhadap petani masih relatif kecil. Walaupun saat ini masih sama sama sudah," paparnya
Sampai saat ini, Ia yang juga sebagai petani kelapa sawit menduga-duga ada permainan di dalam kepemerintahan hingga membuat presiden Jokowi tega menutup ekspor di tengah tingginya harga kelapa sawit. Akibatnya hingga kini banyak petani menjadi korban.
"Tapi kita tetap apresiasi kebijakan ini yang pasti akan berdampak pada petani meski masih sangat kecil. Namun setidaknya sudah ada upaya perbaikan," imbuhnya.
Ia berharap, eskpor akan semakin besar. Sehingga tangki penyimpanan CPO di PKS kosong dan PKS kembali aktif membeli TBS kebun petani.
Namun yang menjadi kendala saat ini adalah di sisi pasar CPO dunia. Dimana diketahui negara importir masih menjalin kontrak dengan negara tetangga Malaysia. Begitu juga dengan armada kapal angkutan CPO yang juga masih terikat kontrak pengangkutan minya mentah dari Rusia.
"Ini adalah keajadia yang liar biasa. Tapi karena nasi sudah menjadi bubur, ya kita berharap semakin baik saja," tuturnya.
Untuk dua bulan mendatang yakni Agustus September, Setiyono menyarankan perusahaan melakukan ekspor sebesar besarnya . Sehingga TBS akan akan merangkak naik.
"Perusahaan itu harus legowo dan menguras tangkinya hingga," tandasnya.
Komentar Via Facebook :