Berita / Nusantara /
Penyebab Vaksin Merah Putih Lama dan Kalah dari Thailand
Elaeis.co - Pemerintah Indonesia menjawab vaksin Covid-19 buatan dalam negeri, vaksin Merah Putih, yang dinilai lambat dan kalah dengan negara tetangga seperti Thailand.
Staf Khusus Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN, Ekoputro Adiyajanto menyinggung kurangnya mitra industri untuk memproduksi vaksin merah putih bagi seluruh warga Indonesia.
Eko mengakui perlu adanya mitra industri yang mampu memproduksi vaksin Merah Putih yang berpengalaman dalam memproduksi vaksin manusia dalam jumlah besar.
"Untuk hilirisasi perlu ada mitra industri yang mampu memproduksi vaksin, dan saat ini di Indonesia yang memiliki pengalaman dalam memproduksi vaksin manusia dalam jumlah besar," tuturnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (25/3).
Ekoputro menilai pengembangan vaksin SARS-CoV-2 jenis Merah Putih di Indonesia cukup menantang karena harus memenuhi kebutuhan masyarakat RI akan vaksin, yang jumlahnya sangat besar.
Oleh karena itu menurutnya saat ini sebanyak empat perusahaan farmasi swasta nasional tengah dipersiapkan untuk mendukung proses produksi vaksin Merah Putih di bawah koordinasi perusahaan pelat merah, PT Bio Farma.
Disinggung soal kalah cepat Indonesia dengan Thailand dalam mengembangkan vaksin dalam negeri, Ekoputro menilai Thailand memiliki kerjasama dengan perusahaan farmasi luar negeri. Hal itu menurutnya patut dicontoh untuk mendatangkan investor.
"Thailand setahu saya banyak melakukan kerjasama dengan perusahaan farmasi luar. Ini hal yang juga patut dicontoh, selain mendatangkan investasi juga ada transfer of technology yang dapat dipersyaratkan," tuturnya.
Sementara itu ia menilai pengembangan vaksin Merah Putih di Indonesia menggunakan kekuatan Research and Development (R&D) dalam negeri yang mana baru dimulai April 2020 lalu.
"Harus diakui memang R&D dalam bidang vaksin di Indonesia masih harus terus dikembangkan," tuturnya.
Namun ia berharap ke depan hal ini bisa teratasi dengan mengundang perusahaan farmasi swasta dan juga perusahaan farmasi luar negeri untuk berinvestasi di Indonesia.
Namun ia berharap ke depan hal ini bisa teratasi dengan mengundang perusahaan farmasi swasta dan juga perusahaan farmasi luar negeri untuk berinvestasi di Indonesia.
Dalam pengembangan vaksin Merah Putih, kata dia, ada 6 institusi yang berbeda dengan berbagai platform. Yakni LBM Eijkman (Subunit protein recombinant yeast-based/berdasarkan sel ragi and Mamalia-based/berdasarkan sel mamalia), LIPI (Fusi protein recombinant), UGM (Protein recombinant),UI (DNA, mRNA, dan virus-like-particles vaccine),ITB (Adenovirus) dan UNAIR (inactivated virus atau virus utuh yang dimatikan).
Ia menuturkan yang saat ini prosesnya lebih cepat adalah pengembangan vaksin oleh LBM Eijkman, yaitu pengembangan bibit vaksin yang berdasarkan sel mamalia. Akhir Maret ini, bibit vaksin tersebut dalam proses transisi penyerahan ke PT Bio Farma untuk dilakukan uji praklinis dan rangkaian uji klinis.
Jika uji klinis lancar makan Izin Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM RI diharapkan dapat keluar pada pertengahan 2022 dan Vaksin Merah-Putih dapat digunakan oleh masyarakat Indonesia.
"Jika semuanya lancar, Insha Allah Izin Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM RI diharapkan dapat keluar pada pertengahan 2022 dan Vaksin Merah-Putih dapat digunakan," ujarnya.
CNN Indonesia
Komentar Via Facebook :