https://www.elaeis.co

Berita / Serba-Serbi /

Perajin Peti Mati Kewalahan Layani Pesanan, Covid-19 Meningkat

Perajin Peti Mati Kewalahan Layani Pesanan, Covid-19 Meningkat

Pembuat peti mati (Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom)


Mojokerto, Elaeis.co - COVID-19 menggila membuat perajin peti mati di Kota Mojokerto kewalahan meladeni pesanan dalam satu pekan terakhir. Pesanan peti mati dari sejumlah rumah sakit untuk memakamkan korban Virus Corona terpaksa ditolak.

Itulah yang dialami Purwantinah Sudomo (75), perajin peti mati di Jalan Trunojoyo, Kelurahan/Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto. Ibu empat anak ini mengaku mulai kewalahan meladeni pesanan peti mati sejak satu pekan terakhir.

Menurut dia, permintaan peti mati dari sejumlah rumah sakit di Kota dan Kabupaten Mojokerto terus datang. Karena korban COVID-19 terus berjatuhan. Namun, Purwantinah kekurangan tukang untuk mengerjakan pesanan tersebut.

"Sudah kewalahan karena tukangnya tinggal satu sejak satu pekan. Satu tukang hanya bisa membuat satu peti sehari," kata Purwantinah kepada wartawan di tempat usahanya, Selas (29/6/2021). Seperti dilansir detik.com.

Akibatnya, Purwantinah terpaksa menolak pesanan peti mati dari sejumlah rumah sakit. Ia juga tak sempat menyetok peti mati di tempat usahanya. Karena peti yang jadi langsung diambil rumah sakit pemesan.

 

"Sepekan kemarin saya sudah tiga kali menolak permintaan dari RS Kamar Medika, RSI Sakinah dua kali dan tiga kali dari gereja saya tolak semua," terangnya.

Sejak pandemi COVID-19 melanda pada Maret 2020 hingga sekarang, Purwantinah telah membuat dan menjual 250 peti mati. Ratusan peti mati itu dibeli beberapa rumah sakit di Kota dan Kabupaten Mojokerto untuk memakamkan korban Virus Corona.

Seperti RS Sido Waras, RS Citra Medika, RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo, RSI Sakinah dan RS Gatoel. "Permintaan peti mati untuk korban COVID-19. Saya sempat ada stok 20 peti setelah hari raya (Idul Fitri). Sehari diambil 2-3 peti, setiap hari bikin langsung habis," jelasnya.

Purwantinah mewarisi bisnis peti mati dari mendiang ayahnya. Sang ayah memulai usaha mebel plus peti mati sejak 1970 silam. Saat ayahnya meninggal dunia 2005 lalu, bisnis ini sempat dipegang adik kandungnya hingga 2016.

"Sejak itu dipegang suami saya setahun, lalu saya lanjutkan. Saya generasi keempat," ungkapnya.

 

Harga peti mati buatan Purwantinah tergolong ramah di kantong. Peti mati ukuran standar 200x50 cm dijual Rp 1 juta. "Yang agak besar Rp 1,2 juta dan Rp 1,4 juta," tandasnya.

Kasus COVID-19 di Kota Mojokerto bertambah 218 orang dalam 10 hari terakhir. Yakni dari 2.796 orang pada 18 Juni menjadi 3.014 pada 28 Juni. 3.014 kasus tersebut terdiri dari 256 kasus aktif, 2.556 pasien sembuh dan 202 pasien meninggal dunia.

Kondisi serupa terjadi di Kabupaten Mojokerto. Kasus COVID-19 bertambah 293 jiwa dalam 10 hari terakhir. Sampai hari ini tercatat 2.882 warga terinfeksi Virus Corona. Terdiri dari 341 kasus aktif, 2.467 pasien sembuh dan 74 pasien meninggal dunia.

 

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :