https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Perbedaan Harga TBS Aceh dan Sumut Mengundang Tanya

Perbedaan Harga TBS Aceh dan Sumut Mengundang Tanya

Ilustrasi petani mengumpulkan hasil panen sawit (Facebook, Muhammad Amier)


Medan, Elaeis.co - Rasa penasaran membuat Ir Netap Ginting dan Heppy Bancin jauh-jauh bertandang dari Kota Subulussalam, Aceh, ke Sumatera Utara (Sumut). Tujuan mereka hanya satu, mencari tahu kenapa harga tandan buah segar (TBS) di Aceh tidak bisa menyamai harga di Sumut.

Sudah beberapa hari ini Ketua dan Wakil Ketua Bidang Promosi dan Pemasaran DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Subulussalam itu mengumpulkan data harga TBS baik harga resmi pemerintah, harga di tingkat pengepul, ram, maupun di pabrik kelapa sawit (PKS). Tidak hanya di Kota Medan, keduanya juga berkeliling mengumpulkan harga TBS di setiap kabupaten sentra sawit di Sumut.

“Rata-rata beda Rp 400 sampai Rp 500 per kilogram. Harga TBS di Aceh lebih rendah sejak dahulu bila dibandingkan Sumut,” kata Heppy Bancin di Medan, Rabu (20/10/2021) sore.

Netap juga tak habis pikir kenapa harga TBS petani plasma maupun swadaya di Aceh dihargai lebih murah.

“Petani sawit lain di Aceh yang tergabung dalam berbagai asosiasi, seperti SAMADE dan lainnya, juga bingung dan bertanya-tanya kenapa perbedaan harga buah sawit petani di Aceh dan Sumut begitu jauh,” katanya.

Menurutnya, jenis tanah, bibit, dan kualitas buah sawit yang ada di Aceh dan Sumut tak jauh beda. Kualitas lahan di Kabupaten Aceh Singkil dan Subulussalam di Aceh dengan sejumlah daerah di Sumut seperti Kabupaten Langkat dan Asahan, katanya, hampir sama.

“Lagi pula, bukankah Sumut dan Aceh adalah pelopor dalam industri sawit sejak era kolonial Belanda? Tetapi kok bisa disparitas atau gap harga yang sangat besar terjadi sejak lama,” dia bertanya-tanya.

“Kenapa kami harus dibedakan dari saudara kami sendiri? Kesannya memang ada perbedaan perlakuan,” imbuhnya.

Pemerhati perkebunan yang juga pengacara, Zakaria Rambe SH, menyarankan Netap dan Heppy menggandeng cabang-cabang APKASINDO dan asosiasi petani sawit lainnya di Aceh untuk bersama-sama mencari akar persoalan disparitas harga. “Kalau perlu libatkan pemerintah dan pengusaha, ajak diskusi,” tukasnya.

Ia justru curiga perbedaan harga TBS antara Aceh dan Sumut atau provinsi lainnya tidak terjadi secara alami. “Bisa saja ada pihak yang menguasai atau bisa mengatur perdagangan CPO dari Aceh,” sebutnya.

“Saya tidak punya bukti atas sinyalemen itu. Tapi sudah jamak diketahui kalau harga CPO bisa menyebabkan harga TBS naik atau turun. Makanya saya sarankan para petani sawit di Aceh menelusuri apa akar permasalahan sebenarnya,” tutupnya. 


 

Komentar Via Facebook :