https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Pergi ke Malaysia, Pak Menteri Kepincut Ini

Pergi ke Malaysia, Pak Menteri Kepincut Ini

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki. Foto: shot


Jakarta, elaeis.co - Tak ada satupun yang bisa menyangkal kalau pemilik kebun kelapa sawit terluas di dunia itu adalah Indonesia. 

Tapi bagi Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, jadi pemilik kebun paling luas justru tidak lagi menjadi satu-satunya kunci untuk menjadi pemain utama kelapa sawit dunia. 

Lelaki 57 tahun ini tidak ujug-ujug ngomong begitu. Tapi justru setelah bekas Kepala Staf Presiden (KSP) ini bersama Menteri ATR/BPN, Sofyan Jalil pulang dari Malaysia, sebelum pandemi merebak. 

Selama di Negeri Jiran itu, Ketua Dewan Penasihat Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI) ini memelototi model bisnis yang dilakukan oleh bersama Federal Land Development Authority (FELDA) dan Federal Land Consolidation and Rehabilitation Authority (Felcra).

FELDA sendiri adalah lembaga pemerintah Malaysia yang menangani penataan kawasan perdesaan tertinggal menjadi kawasan pembangunan baru. 

Sementara Felcra adalah lembaga yang didirikan pemerintah Malaysia untuk mengembangkan masyarakat perdesaan bergabung dalam kegiatan ekonomi demi meningkatkan taraf hidup mereka. Felda diharapkan bisa menciptakan sektor pedesaan yang dinamis, menarik dan menguntungkan. 

"Meski kedua lembaga ini berbeda, tapi tugasnya sama; mengatasi kemiskinan dengan mengoptimalkan rakyat, termasuk melalui kebun kelapa sawit terpadu," cerita saat didapuk menjadi pembicara pada webinar 'Strategi Membangun UMKM Berbasis Kelapa Sawit di Era Pandemi' yang ditaja oleh sariagri.id bekerjasama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), kemari.

Hasil pelototan itu pun membikin Teten menjadi sangat tertarik dengan model bisnis yang dilakukan oleh Felcra. 

"Lahan masyarakat yang sempit-sempit jadi model konsolidasi lahan rakyat untuk membangun korporat parming dalam skala ekonomi," katanya.

Dari situlah kemudian muncul omongan tadi, bahwa luas lahan sawit tak lagi satu-satunya kunci menjadi pemain utama sawit dunia. 

"Lebih dari itu manajemen lahan, SDM, inovasi, teknologi, pasar, jauh lebih menentukan dari luasan kebun itu," ujarnya. 

Dari pemikiran itulah kemudian Tetan langsung membikin modifikasi di Indonesia. Bagi dia, UMKM berbasis sawit akan bisa tumbuh kalau; pertama, petani terkonsolidasi melalui korporasi --tidak lagi perorangan. Yang dikonsolidasi tidak petani saja, tapi juga lahan-lahan petani itu.
 
Kedua, Kemitraan yang terjalin baik. Salah satu indikator kemitraan yang terjalin baik ini kata Teten adalah terfasilitasinya koperasi masuk dalam rantai global, terhubung dengan market.

"Ketiga, ada inovasi hilirisasi produk biar bernilai tambah. Di banyak negara, koperasi di sektor pangan selalu memiliki tekonologi  pengolahan, biar bisa menjual produk dan bernilai tambah," terang Teten. 

Nah, tahun ini kementerian yang dikomandani Teten sedang fokus melahirkan 100 koperasi modern dan mendunia. 

"Kami juga terbuka untuk bersinergi melahirkan koperasi sawit modern dan mendunia. Presiden mendorong beberapa kementerian untuk melakukan piloting pembentukan korporatisasi petani ini," katanya. 

"Intinya membangun korporate parming kepada petani perorangan berlahan sempit," tambahnya. 



 

Komentar Via Facebook :