Berita / Nusantara /
Perjanjian dengan Negara Blok Dagang Eropa Diyakini Angkat Citra Sawit
Jakarta, Elaeis.co - Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) diyakini akan berdampak pada citra komoditas sawit. Jika sebelumnya didiskriminasi di beberapa negara Uni Eropa, kerja sama Indonesia-EFTA akan mengubah persepsi terhadap minyak kelapa sawit.
Perjanjian dagang tersebut mengikutsertakan empat negara, masing-masing Swis, Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein. Indonesia-EFTA CEPA bersepakat akan melakukan kampanye positif terhadap sawit di Eropa.
Dalam sosialisasi manfaat Indonesia-EFTA CEPA, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan, keberterimaan Swis diyakini akan mengubah persepsi masyarakat Eropa pada umumnya terhadap minyak sawit. “Ini pesan yang sangat jelas kepada masyarakat Eropa,” katanya, seperti dikutip Kontan.co.id, Senin kemarin.
Menurutnya, masyarakat Swis memiliki perhatian sangat besar terhadap isu lingkungan. Isu tersebut selama ini dijadikan sebagai salah satu sentimen negatif terhadap produk minyak sawit dari Indonesia.
Bahkan sebelum pengesahan Indonesia-EFTA CEPA, Swiss melakukan referendum dan hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat negara itu setuju dengan perjanjian tersebut. “Itu menjadi kemenangan bagi sawit Indonesia,” katanya.
Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini menambahkan, dalam perundingan dengan EFTA, Indonesia berhasil memasukkan keberterimaan sertifikasi sawit milik Indonesia yakni Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Semula sertifikasi ISPO tak diterima oleh negara-negara di Eropa terutama Swis. “Kita ingin ISPO diterima, mereka semula hanya menerima RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil),” katanya.
Selain itu, Indonesia juga akan mendapatkan pemotongan tarif masuk produk CPO. Di Islandia dan Norwegia, produk CPO tidak dikenai tarif atau 0%. Sementara di Swis dilakukan dilakukan eliminasi dengan persyaratan tertentu. Untuk kuota bervariasi hingga tahun ke-5 dan dalam kontainer maksimal 2 ton mendapat penurunan tarif 20%-40%.
Sedangkan untuk kuota 100 ton dengan kemasan botol maksimal 2 liter dan untuk konsumsi mendapatkan penghapusan tarif menjadi 0%. Meski begitu, Swis juga akan mengutamakan CPO Indonesia. “Swiss akan menberikan perlakuan yang sama jika Swis memberikan preferensi yang lebih baik kepada produsen CPO lainnya,” katanya.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono juga menilai pulihnya citra sawit di negara EFTA akan berdampak bagi negara lain di Eropa. “Mestinya kalau ekspor ke EFTA lancar, bisa menjadi case bahwa sawit Indonesia bisa diterima di benua Eropa,” katanya.
Sebagai informasi, saat ini Uni Eropa (EU) dianggap telah melakukan diskriminasi terhadap kelapa sawit. Salah satunya adalah mengenai rencana implementasi kebijakan energi terbarukan (RED II). Pada kebijakan tersebut minyak sawit dikeluarkan dari daftar minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku biofuel. Minyak sawit dianggap tak memenuhi syarat sebagai bahan baku yang berkelanjutan di Eropa.
Komentar Via Facebook :