https://www.elaeis.co

Berita / Kalimantan /

Persoalan Limbah di Perusahaan Sawit Diatasi dengan Biodekomposer

Persoalan Limbah di Perusahaan Sawit Diatasi dengan Biodekomposer

Pengolahan limbah TKKS menjadi pupuk kompos. foto: Politani Samarinda


Samarinda, elaeis.co - Memanfaatkan program Dana Padanan (Matching Fund), Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (Politani Samarinda) berhasil mengembangkan inovasi berupa biodekomposer multifungsi untuk produksi pupuk organik dan aplikasinya pada tanaman kelapa sawit. Inovasi ini mampu mengatasi persoalan limbah kelapa sawit yang selama ini dihadapi oleh industri sekaligus membawa manfaat bagi masyarakat. 

Pengolahan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan persoalan yang banyak dihadapi oleh industri yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, khususnya di Kalimantan Timur. Salah satunya adalah PT Sentosa Kalimantan Jaya (SKJ).

Setiap tahunnya, PT SKJ menghadapi persoalan limbah kelapa sawit yang cukup melimpah. Tahun 2022 saja, limbah kelapa sawit yang harus mereka olah mencapai 49.575.670 ton untuk delapan afdeling.

Selama ini PT SKJ menggunakan limbah TKKS untuk dihamparkan langsung pada lahan perkebunan kelapa sawit. Padahal, limbah tersebut sulit terdekomposisi karena kandungan selulosa yang tinggi sehingga nutrisi yang terkandung dalam limbah menjadi lama dimanfaatkan oleh tanaman. 

“Oleh karena itu, diperlukan teknologi tepat guna untuk mengatasi hal tersebut. Padahal limbah ini sangat potensial untuk diolah dan sebagai pupuk kompos untuk mendukung kebutuhan nutrisi bagi tanaman kelapa sawit,” kata Ketua Tim Matching Fund, Rusmini, lewat keterangan resmi Ditjen Vokasi Kemendikbudristek dikutip Minggu (7/1).

Menurutnya, Politani Samarinda sebenarnya telah mengembangkan bioaktivator yang dapat mendekomposisi bahan tersebut sejak 2012 hingga 2021. Namun, pada penelitian sebelumnya, hanya dilakukan di rumen sapi dan kombinasi limbah pertanian lainnya hanya diperoleh 7 jenis mikroba.

“Kemudian, pengembangan inovasi di tahun 2022 ini dengan rumen kambing diperoleh 15 isolat bakteri yang mempunyai kemampuan sebagai biodekomposer, biofertilizer, dan agens pengendali hayati,” jelasnya.

Kemampuan bakteri sebagai biodekomposer yang akan diterapkembangkan mampu menghasilkan enzim selulase yang mampu mendegradasi selulosa. Selain itu, mikroba ini juga dilaporkan mampu menghasilkan berbagai enzim lainnya berupa enzim amilase, enzim protease yang sekaligus mampu berperan sebagai agens pengendali hayati. Selain itu, mikroba ini juga mampu berperan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman dan mampu berperan dalam siklus hara terutama unsur hara N dan P.  

Oleh karena itu, lanjut Rusmini, kolaborasi antara Politani Samarinda dan PT SKJ sebagai mitra utama dari dunia usaha dan dunia industri (DUDI) berhasil menawarkan inovasi rekacipta untuk mengatasi permasalahan secara terintegrasi. Yaitu pemanfaatan limbah TKKS sebagai pupuk kompos yang dapat digunakan untuk mensubstitusi penggunaan pupuk anorganik; aplikasi pupuk kompos pada pembibitan (main nursery) dan pada tanaman belum menghasilkan; dan uji efektivitas pupuk kompos sebagai agens pengendali hayati terhadap penyakit tanaman. 

“Kegiatan ini berhasil memproduksi pupuk kompos sebanyak 100.025 kg yang dikemas untuk tujuan komersialisasi bagi mitra atau memudahkan dalam distribusi pupuk kompos di afdeling yang lainnya,” tutupnya.


 

Komentar Via Facebook :