Berita / Nusantara /
Perusahaan ini Sudah Rasakan Hasil Replanting
Jakarta, Elaeis.co - Lakukan peremajaan (replanting) tanaman kelapa sawit sejak 2015 silam, produktifitas kebun PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ) meningkat.
Wakil Direktur Utama PT ANJ, Lucas Kurniawan, mengatakan, peremajaan telah mengerek produktivitas sejak 2020 dan terus berlanjut pada ini. Pada kuartal I tahun ini, produksi CPO mencapai 62.559 ton atau tumbuh 20,7 persen dibanding kuartal I tahun lalu. Hal itu menyusul mulai berproduksinya perkebunan di Papua Barat dan tanaman yang sudah diremajakan di Belitung.
“Di masa sebelumnya luas peremajaan berkisar 500 ha sampai 1.000 ha dan pernah di tahun tertentu mencapai 2.000 ha. Ini seimbang antara biaya belanja modal dan arus kas. Untuk tahun-tahun selanjutnya kita terus terapkan 500 sampai 1.000 ha serta memperhatikan keseimbangan arus kas,” katanya, dikutip Bisnis.com.
Produktivitas itu dipastikan akan semakin menanjak jika perkebunan di daerah Sumatera Selatan beroperasi normal. Saat ini hingga 2023 mendatang, kata Lucas, pihaknya masih fokus pada tahap pembebasan lahan dengan memperhatikan prinsip keberlanjutan RSPO, termasuk analisis dampak lingkungan dan terus menjalin komunikasi yang intens dengan masyarakat sekitar.
Lucas menilai bahwa ANJ sudah berjalan di jalur yang tepat karena sampai dengan Juni 2021 tingkat produktivitas sejalan dengan target yang ditetapkan.
“Kita memang sudah di jalur yang tepat dengan strategi peremajaan dan aspek-aspek keberlanjutan seperti penerapan kompos dan memperhatikan dampak cuaca sehingga strategi dan program yang kita susun untuk memitigasi dampak dari cuaca ekstrim dapat berjalan dengan baik,” urainya.
Dengan asumsi semua berjalan sesuai dengan harapan, pihaknya optimistis menatap semester II 2021, masa di mana perkebunan kelapa sawit mencapai panen puncak sehingga produktivitas lebih tinggi dibandingkan semester sebelumnya. Dia berharap permintaan tidak menurun sehingga bisa menghindari terjadinya koreksi harga CPO.
“Sekarang harga CPO dalam negeri mencapai ekuivalen US$700. Di pasar dunia ekuivalennya pernah mencapai di US$1100, tapi kemudian turun karena adanya ekspektasi minyak kedelai di Amerika akan tumbuh signifikan. Minyak kedelai dianggap rival kelapa sawit karena saling menggantikan. Tapi ada beberapa hal, misalkan akhir-akhir ini Pemerintah India turunkan pungutan impor, dan relaksasi kebijakan untuk bolehkan impor minyak sawit yang sudah direfinasi. Jadi untuk demand kami percaya di semester II tetap baik dan kita harapkan harga bisa stabil di US$650. Kalau kondisi saat ini bertahan sedikit di atas US$ 700,” katanya.
Komentar Via Facebook :