Berita / Nusantara /
Petani Diingatkan Jangan Cekik Sawit dengan Pagar
Bengkulu, elaeis.co - Banyak petani memagari tanaman sawit muda agar tidak dirusak atau dimakan satwa. Selain seng, petani juga memakai kawat sebagai pagar.
Pakar pertanian Bengkulu, Prof Dr Zainal Muktamar, menilai inisiatif petani itu sangat baik. Namun untuk tanaman kelapa sawit yang berumur 1 tahun, dia menyarankan pagar yang dibuat tidak terlalu rapat dan membuat tanaman tercekik.
"Kalau terlalu mepet, bisa membuat pertumbuhan sawit menjadi lambat," kata Zainal, kemarin (7/1).
Menurut Zainal, tanaman sawit muda memang disukai babi, sapi, kambing, kera, maupun kerbau. "Tentu petani tak mau rugi, makanya pagar dibuat di sekeliling pohon sawit untuk mencegah diganggu oleh hama," tukasnya.
"Tapi kalau hama pengganggu tidak ada, maka pohon kelapa sawit tidak perlu dipagar," ujarnya.
Ia mengaku, jika memang petani kelapa sawit membutuhkan pemagaran pada tanaman kelapa sawit, maka petani bisa membuat pagar dengan ukuran 60 cm x 60 cm dan tinggi mencapai 1-1,5 meter. Pagar tersebut dapat dibuat dengan menggunakan seng ataupun bambu yang rapat.
Jika dirasa memakan biaya yang tinggi, maka petani bisa memanfaatkan jaring waring. "Tak perlu yang baru, seng bekas bisa jadi pagar. Atau bisa juga pakai batang bambu dan jaring waring," tuturnya.
Ia mengatakan, petani yang memagar tanaman kelapa sawitnya umumnya ada di daerah yang dekat dengan kawasan hutan. Sebab di daerah-daerah seperti itu, pohon kelapa sawit rawan dirusak oleh babi hutan dan kera.
"Kalau di Bengkulu itu biasanya karena banyak babi. Tapi kalau daerahnya aman dari babi, tidak terlalu penting melakukan pemagaran," tutupnya.
Komentar Via Facebook :